kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani: Stabilitas sistem keuangan di kuartal III-2021 dalam kondisi normal


Rabu, 27 Oktober 2021 / 13:41 WIB
Sri Mulyani: Stabilitas sistem keuangan di kuartal III-2021 dalam kondisi normal
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) untuk kuartal III 2021 berada dalam kondisi normal seiring dengan penurunan signifikan dari kasus pandemi Covid-19.

Sri mulyani mengatakan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), telah menyepakati untuk komitmen bersama-sama memperkuat sinergi dalam menjaga dan mendukung momentum pemulihan ekonomi dan juga terus menjaga stabilitas sistem keuangan.

“Ini merupakan hasil dari rapat berkala SSK dalam forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada rapat terakhir 2021, yang diselenggarakan Senin lalu. Kita juga masih melakukan rapat dalam bentuk konferensi video,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK: Perkembangan Makro Ekonomi dan Sektor Keuangan Kuartal III 2021, Rabu (27/10).

Dia mengatakan, pemulihan ekonomi dunia terus berlanjut meskipun menghadapi risiko terjadinya gelombang baru Covid-19 dan juga risiko dalam bentuk global supply distraction. Munculnya varian baru seperti varian delta dan varian lainnya menjadi faktor risiko terbesar di tengah ketimpangan distribusi vaksin diseluruh dunia.

Baca Juga: Belanja modal naik 62,2%, Sri Mulyani beberkan peruntukannya

Di sisi lain, global supply distraction yang ternyata lebih panjang dari yang diperkirakan juga menimbulkan kenaikan harga dan kenaikan harga-harga energi akibat keterbatasan supply yang mulai memicu tekanan inflasi di sejumlah negara

Tercatat inflasi di Amerika Serikat (AS) sebesar 5,54%, dalam empat bulan terakhir. Sri Mulyani mengatakan inflasi Ini adalah tingkat yang sangat tinggi untuk ukuran ekonominya AS. Di sisi lain untuk Uni Eropa juga terlihat ada tren yang sama dimana inflasi pada September 2021 mencapai 3,4%.

Menurutnya permasalahan supply distraction yang lebih panjang dikarenakan masih tingginya ketidakpastian perkembangan Covid-19 yang sekarang justru meningkat diberbagai belahan dunia terutama di negara-negara empat musim.

Hal tersebut juga turut mendorong Stabilitas sistem keuangan Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) atau Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan dan International Monetary Fund (IMF) yang menurunkan proyeksi ekonomi dunia pada 2021.

Tercatat OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 5,8% pada Mei lalu dan kini menjadi 5,7%. Sedangkan IMF memproyeksikan ekonomi dunia yang pada Juli 2021 6% menjadi 5,9% saat ini.

“Meskipun dengan kondisi dunia yang juga mengalami tantangan. Pemulihan ekonomi Indonesia juga terus berlanjut. Didukung oleh keberhasilan penanganan covid terutama melonjaknya kasus akibat varian delta,” papar Sri Mulyani.

Bendahara keuangan negara ini menjelaskan, kasus harian Covid-19 di Indonesia menunjukkan penurunan sejak awal Agustus 2021. Perkembangan ini mendorong pelonggaran pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat, sehingga aktivitas ekonomi saat ini secara bertahap makin menunjukkan pemulihan. Pulihnya aktivitas ekonomi dilihat dari beberapa indikator dari Agustus hingga September yang menunjukkan adanya tren perbaikan.

Perbaikan tersebut antara lain, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang kembali masuk pada zona ekspansif pada level 52,2, indikator mobilitas penduduk yang meningkat, indeks belanja masyarakat, penjualan kendaraan bermotor, penjualan konsumen, serta konsumsi listrik baik di sektor industri dan bisnis yang menunjukkan ekspansi.

Sementara itu, laju inflasi juga tetap terkendali di level 1,6% yoy. Sri Mulyani bilang, dari sisi eksternal surplus neraca perdagangan masih terus berlanjut sampai September 2021 hingga mencapai Rp 4,37 miliar. Pun dari Januari hingga September 2021 dan secara kumulatif surplus neraca perdagangan mencapai US$ 25,07 miliar.

Kemudian, posisi cadangan devisa Indonesia juga berada pada tingkat US$ 146,6 miliar alias setara dengan 8 sampai 9 bulan impor barang dan jasa. Perkembangan yang sangat positif ini tidak terlepas dari upaya penguatan dan sinergi setra koordinasi kebijakan bersama BI, OJK dan LPS, dalam rangka bersama-sama terus menjaga sistem keuangan, mendorong, serta mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.

Selanjutnya: Penjelasan Sri Mulyani terkait menyusutnya pembiayaan utang hingga September 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×