kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sri Mulyani Sebut Tahun Ini Tensi Geopolitik Makin Memanas


Kamis, 06 April 2023 / 13:07 WIB
Sri Mulyani Sebut Tahun Ini Tensi Geopolitik Makin Memanas
ILUSTRASI. Tensi geopolitik terus memanas membuat perekonomian global penuh ketidakpastian.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2023, tensi geopolitik terus memanas. Tidak hanya perang Rusia dan Ukraina saja, bahkan hubungan Amerika Serikat (AS) dan China pun semakin tegang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, situasi tersebut semakin membuat perekonomian global penuh ketidakpastian, dan secara langsung berdampak kepada negara-negara maju, termasuk Indonesia.  

“(Konflik antara negara) Ini bukan masalah militer, ini menjadi penting karena jadi masalah geo ekonomi. Konstelasi yang disebut supply chain dalam konteks geoekonomi berubah sehingga keputusan di level ekonomi dan perusahaan sangat dipengaruhi oleh konstelasi ini,” tutur Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Kamis (6/4).

Dia mencontohkan, kondisi AS yang mengusulkan kebijakan yang disebut inflation reduction act. Ini adalah undang-undang yang difokuskan menurunkan inflasi di negara tersebut. 

Baca Juga: 10 Negara Berkembang Ini Menghadapi Krisis Utang Akut

Akan tetapi, menurut Sri Mulyani konten regulasi itu jelas untuk melakukan deglobalisasi, meng-onshorekan atau mengembalikan semua investasi ke AS.

Sehingga dengan adanya undang-undang tersebut, AS tidak akan bergantung seperti pada China yang selama ini hubungan perdagangan dan investasinya cukup tinggi.

“Dua raksasa ekonomi ini (AS dan China) akan mempengaruhi arus modal bergerak, karena tidak lagi ditetapkan oleh insentif ekonomi tapi juga insentif dari sisi keamanan. Dan itu diberikan subsidi yang luar biasa. Sehingga konstelasi dari geopolitik ini perlu diperhatikan,” jelasnya.

Sri Mulyani menambahkan, dengan adanya situasi tersebut maka seluruh perhitungan terhadap ketidakpastian menjadi berubah. Menurutnya geopolitik, semakin dominan menjadi faktor ketidakpastian ekonomi global.

Selain itu, faktor inflasi global yang melewati puncaknya juga menjadi tantangan dan di khawatirkan berdampak besar bagi Indonesia. Faktor lainnya, yakni pengetatan moneter melambat , tetapi suku bunga masih tinggi.

Kemudian, EU Carnon Adjusment Mechanism (CBAM) bisa berdampak negarif pada industri atau sektor tertentu di negara berkembang (semen, almunium, besi, baja, kimia dll). Lalu, US Inflation Reduction Acts (IRA) yang berpotensi mempertajam kompetensi terkait green economy termasyk dengan Eropa, dapat menjadi ancaman bagi negara dengan keterbatasan modal dan teknologi hijau, termasuk Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×