Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
Dilema itu ialah penguatan kurs rupiah akan menekan daya saing ekspor Indonesia. Padahal tahun ini, Indonesia perlu menggenjot kembali ekspor yang menurun di tahun lalu agar mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya, penguatan rupiah yang disokong oleh capital inflow ini juga dinilai Sri Mulyani menjadikan pasar keuangan Indonesia rentan terhadap potensi terjadinya pembalikan arus modal atau capital reversal.
Baca Juga: Ekonom: Dibayangi sentimen virus corona, rupiah berpotensi melemah besok
“Sedikit saja ada pemicu dari dalam maupun luar negeri, maka akan membuat terjadinya capital outflow yang besar dan ini menimbulkan volatilitas perekonomian yang sama persis seperti 2019 lalu,” sambung Sri Mulyani.
Oleh karena itu, Sri Mulyani menegaskan pemerintah senantiasa memantau dan menganalisis perkembangan perekonomian termasuk asumsi-asumsi dasar makroekonomi secara menyeluruh. Dengan begitu, dampak terhadap perekonomian dan langkah kebijakan yang patut diambil bisa dipetakan dengan tepat.
“Selalu ada hal baik dan buruk dari satu fenomena sehingga kami, pemerintah, tidak bisa melihat ini hanya dari satu sisi saja. Harus dari berbagai sisi dan aspek dari setiap fenomena perekonomian yang terjadi,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News