kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sri Mulyani beri insentif penundaan pembayaran pita cukai untuk rokok putih


Senin, 14 Desember 2020 / 12:34 WIB
Sri Mulyani beri insentif penundaan pembayaran pita cukai untuk rokok putih
ILUSTRASI. Ilustrasi untuk cukai rokok. KONTAN/Muradi/2016/04/21


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemerintah akan memberikan insentif penundaan pembayaran pita cukai untuk sigaret putih mesin (SPM) atau rokok putih. 

Setali tiga uang, industri rokok putih bisa melunasi pembayaran pita cukai dalam waktu sembilan puluh hari, sebelumnya hanya enam puluh hari. Menkeu bilang insentif ini mulai berlaku per tanggal 1 Februari 2020.

Sri Mulyani mengatakan tujuan insentif tersebut antara lain untuk mendorong ekspor rokok. Menurutnya, potensi rokok Indonesia yang cukup besar dalam empat tahun terakhir.

Baca Juga: Sri Mulyani: KIHT tekan peredaran rokok ilegal

Catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ekspor SPM pada tahun 2019 mencapai 81,4 miliar batang. Angka tersebut naik 14,8% dibandingkan tahun 2016 sebesar 70,9 miliar batang.

“Kita akan terus mendorong agar industri ini kalaupun produksi, produksinya untuk ekspor, pemerintah akan memberikan fasilitas penundaan pembayaran pita cukai untuk penjualan perusahaan yang dominan melakukan ekspor,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers Kebijakan Cukai 2021, Jumat (11/12).

Menkeu menegaskan insentif ini diharapkan mampu memberikan dorongan bagi perusahaan rokok putih untuk mengekspor daripada mengedarkan di dalam negeri. 

Hal itu sejalan dengan upaya pengendalian prevalensi  merokok secara umum diharapkan turun dari 33,8% menjadi 33,2% di tahun 2021. Sementara untuk prevalensi merokok anak usia 10 tahun hingga 18 tahun turun ke level 8,7% pada 2024.

Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) tidak ambil pusing soal kenaikan tarif cukai hasil tembakau

Sebagai info, tahun depan pemerintah menetapkan kenaikan rata-rata tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 12,5%. Dari rerata tersebut, tarif SPM paling tinggi dibandingkan jenis rokok lain yakni untuk SPM golongan I sebesar 18,4%, SPM golongan IIA mencapai 16,5%, dan SPM golongan IIB yakni 18,1%.

Selanjutnya: Pemerintah diminta terapkan simplifikasi cukai tembakau sesuai RPJMN 2020-2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×