kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Sri Mulyani beberkan tantangan dalam negeri yang hambat pertumbuhan ekonomi


Senin, 20 Mei 2019 / 13:30 WIB
Sri Mulyani beberkan tantangan dalam negeri yang hambat pertumbuhan ekonomi


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan di kisaran 5%. Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi upaya pembangunan ekonomi dalam negeri.

Pasalnya Indonesia dalam risiko jebakan negara berpenghasilan menengah alias middle income trap.

"Jika tidak melakukan upaya-upaya serius, Indonesia menghadapi risiko middle income trap," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani di gedung DPR, Senin (20/5).

Dia menambahkan kapasitas perekonomian Indonesia untuk tumbuh tinggi mengalami kendala keterbatasan output potensialnya. Lantaran infrastruktur pendukung belum terdistribusi dan merata.

Padahal sumber potensi pertumbuhan ekonomi tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Akibatnya industri manufaktur hanya terkonsentrasi di Jawa. "Sehingga terkendala pertumbuhannya," imbuhnya.

Saat ini, pertumbuhan ekonomi masih didukung oleh perekonomian pulau Jawa dan Sumatra. Pulau Jawa menyumbang sekitar 59,03% dalam pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019, sedangkan Sumatra mendukung 21,36%. Sisanya didukung oleh perekonomian Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, NTB dan Papua.

Selain itu, Indonesia juga tengah menghadapi perubahan demografi. Potensi penduduk muda belum optimal dimanfaatkan, baik yang disebabkan oleh kualitas pendidikan atau pun ketidaksesuaian penawaran tenaga kerja dengan kebutuhan industri.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Indonesia juga dituntut untuk mampu mengakselerasi transformasi struktural dengan mengadopsi revolusi industri 4.0. Sementara itu ketidakpastian perekonomian global diperkirakan masih berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×