Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah dinamika global diperkirakan masih menjadi tantangan bagi perekonomian 2020. Antara lain eskalasi perang dagang dan kondisi persaingan geopolitik Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang meningkat tajam.
"Ini menimbulkan kenaikan risiko pada pertumbuhan ekonomi global dan perlemahan perdagangan internasional," jelas Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati di gedung DPR, Senin (20/5).
Kondisi tersebut disampaikan Sri Mulyani saat rapat paripurna dengan DPR mengenai Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2020.
Risiko tersebut dapat berdampak pada lemahnya pertumbuhan ekspor nasional. Kondisi ini sudah tercermin dari pelemahan ekspor nasional pada kuartal I-2019 yang turun 2,08%. Selain itu, langkah pemerintah saat ini untuk mengurangi defisit transaksi berjalan juga dapat mengakibatkan perlemahan ekonomi nasional.
Pasalnya impor juga turun cukup dalam yakni 7,75%. Padahal impor didominasi oleh barang modal dan bahan baku untuk keperluan industri. "Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, fokus pemerintah tetap harus menjaga pemulihan investasi dan ekspor," jelas Sri Mulyani.
Caranya dengan tetap menjaga pertumbuhan konsumsi melalui perbaikan daya beli, stabilitas harga dan perkuatan kepercayaan konsumen.
Adapun, Sri Mulyani menambahkan perekonomian Indonesia sudah dibayangi dinamika global yang berat sejak tahun 2018. Antara lain kenaikan suku bunga di AS yang diikuti gejolak arus modal keluar dari negara berkembang dan negara emerging.
Kondisi tersebut menimbulkan gejolak nilai tukar di seluruh dunia. Kondisi ini disikapi oleh Bank Indonesia (BI) dengan meningkatkan suku bunga acuannya.
Sementara itu, pertumbuhan global diprediksi semakin melemah yang disertai perubahan harga komoditas. Perang dagang AS dan Tiongkok, isu geopolitik, dinamika Brexit serta krisis ekonomi di Turki dan Argentina meningkatkan risiko di negara berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News