Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS dapat memicu berbagai dinamika baru yang berpotensi mempengaruhi kebijakan fiskal dan ekonomi global.
Menurutnya, meskipun kebijakan yang diambil Trump kemungkinan akan serupa dengan masa jabatan pertamanya, kali ini dapat lebih akseleratif dan berdampak lebih luas.
Misalnya saja pemotongan pajak korporasi yang bersifat populis, namun di sisi lain juga dapat berpotensi memotong banyak manfaat bagi masyarakat, yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi keseimbangan fiskal AS.
Baca Juga: Kebijakan Tarif Donald Trump Bikin Penurunan Bunga The Fed Jadi Tak Pasti
"Di satu sisi populis dalam hal memotong pajak korporasi tapi juga akan memotong banyak sekali benefit yang dinikmati oleh masyarakatnya sehingga dari sisi fiskal balance-nya juga masih remain to be seen," ujar Sri Mulyani belum lama ini.
Mantan Pejabat Bank Dunia ini juga menyoroti bahwa kebijakan Trump terkait imigrasi, konflik dengan Rusia, dan perubahan komitmen Amerika Serikat terhadap perubahan iklim akan berpotensi menciptakan ketegangan internasional yang lebih tinggi.
Dalam beberapa kesempatan, Trump telah mengancam untuk menerapkan tarif hingga 100% bagi negara-negara BRICS yang dinilai mengancam dominasi dolar AS, serta rencana untuk menaikkan tarif terhadap China sebesar 60%.
Sri Mulyani juga menyoroti dampak kebijakan fiskal Trump terhadap pasar global, terutama terkait dengan defisit fiskal Amerika Serikat yang terus membengkak.
Meskipun kebijakan Trump cenderung mendongkrak pasar saham, hal tersebut juga diimbangi dengan kenaikan defisit dan utang negara yang semakin membebani perekonomian AS. Kenaikan yield obligasi AS sebagai dampak dari meningkatnya defisit fiskal, katanya, menyebabkan yield US Treasury naik.
Baca Juga: Sri Mulyani Terbitkan Aturan Baru Harga Jual Eceran Rokok 2025, Ini Rinciannya
"Ini mempengaruhi dari keseluruhan dunia," katanya.
Sri Mulyani juga mengingatkan adanya ketidakpastian dalam pasar komoditas, khususnya minyak, yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan Trump terkait energi dan komitmen terhadap perubahan iklim.
"Namun ketidakpastian yang lain, dari sisi disrupsi rantai pasok karena adanya geopolitik, kemudian terjadinya embargo terhadap ekspor chip, itu semuanya menimbulkan ketidakpastian terhadap flow of good," terang Menkeu.
Selanjutnya: UI Ultra 2024 Bukan Sekadar Ajang Olahraga, Juga Galang Dana Pendidikan
Menarik Dibaca: UI Ultra 2024 Bukan Sekadar Ajang Olahraga, Juga Galang Dana Pendidikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News