kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.280   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.222   -8,29   -0,11%
  • KOMPAS100 1.056   -0,04   0,00%
  • LQ45 810   -2,33   -0,29%
  • ISSI 233   0,72   0,31%
  • IDX30 421   -1,68   -0,40%
  • IDXHIDIV20 493   -2,94   -0,59%
  • IDX80 118   0,25   0,21%
  • IDXV30 121   1,25   1,05%
  • IDXQ30 135   -1,34   -0,98%

SR022 Sepi Peminat, Kekhawatiran Crowding Out di Pasar Obligasi Ritel Menguat


Selasa, 10 Juni 2025 / 19:53 WIB
SR022 Sepi Peminat, Kekhawatiran Crowding Out di Pasar Obligasi Ritel Menguat
ILUSTRASI. Penawaran sukuk ritel seri SR022 masih jauh dari target. Ini memicu kekhwatiran mengenai crowding out pada pasar obligasi ritel.


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penawaran sukuk ritel seri SR022 masih jauh dari target. Ini memicu kekhwatiran mengenai crowding out pada pasar obligasi ritel.

Suku bunga riil yang tinggi dan kecenderungan investor untuk memilih instrumen yang lebih likuid menjadi faktor utama rendahnya ketertarikan terhadap SR022.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, meskipun yield SR022 cukup kompetitif dibandingkan dengan bunga deposito bank BUMN, suku bunga riil domestik masih terbilang tinggi.

Hal ini dipicu oleh inflasi yang terkendali dan prediksi bahwa BI rate tidak akan turun dalam waktu dekat, sehingga banyak investor lebih memilih untuk menunggu momen yang lebih baik atau mencari instrumen lain.

“Banyak investor memilih menunggu timing yang lebih optimal atau mencari instrumen lain seperti SRBI yang menawarkan fleksibilitas dan imbal hasil menarik,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (10/6).

Baca Juga: Minat Investor Terhadap SR022 Seret, Pertanda Apa?

Pilihan likuiditas juga menjadi penghalang bagi investor ritel. Menurut Josua, SR022 memiliki minimum holding period (MHP) dan risiko likuiditas di pasar sekunder menjadi pertimbangan yang penting.

Selain itu juga, efektivitas promosi dan edukasi kepada masyarakat oleh mitra distribusi dalam menjangkau kelompok kelas menengah berpitensi juga belum maksimal.

Josua mengingatkan bahwa tanda-tanda terjadinya crowding out antar instrumen pemerintah mulai muncul.

Ia menekankan, persaingan dalam pendanaan ini semakin ketat di pasar ritel, tidak hanya di antara seri SBN ritel (SR, ORI, ST), tapi juga antar SBN ritel dengan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

“Ketika yield SRBI dan SR022 hanya berselisih tipis, namun SRBI bisa dijual kapan saja tanpa minimum holding period, maka SRBI bisa dianggap lebih menarik dari sisi risiko, terutama di tengah kondisi suku bunga tinggi yang masih belum jelas kapan turun,” kata Josua.

Josua menyarankan pemerintah harus mengatur kembali strategi penerbitan dan segmentasi pasar sukuk ritel. Termasuk meningkatkan pendekatan promosi secara tematik serta memperkuat peran komunitas dan mitra distribusi digital.

Lebih lanjut, Josua juga mengingatkan  perlunya menawarkan yield yang lebih menarik atau insentif fiskal tambahan, seperti penghapusan biaya transaksi, sehingga bisa menjadi pendorongnya.

“Penerbitan SBN ritel perlu diatur lebih selektif dan tidak terlalu berdekatan, agar tidak terjadi kejenuhan pasar,” tegas Josua.

Baca Juga: DJPPR Optimis Penjualan SR022 Meningkat Jelang Penutupan Penawaran

Selanjutnya: KPK Sita Satu Unit Apartemen Senilai Rp 500 Juta Terkait Kasus Tol Trans Sumatera

Menarik Dibaca: Cegah Depresi, Ini 4 Manfaat Bersih-Bersih Rumah untuk Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×