kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Soal narkoba, Buwas di-PHP-in Anies Baswedan


Rabu, 26 Oktober 2016 / 16:49 WIB
Soal narkoba, Buwas di-PHP-in Anies Baswedan


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso telah merancang buku sosialisasi antinarkoba untuk tingkat TK, SD, SMP hingga SMA. Buku tersebut dibuat akhir tahun lalu atau sekitar tiga bulan setelah Waseso dilantik sebagai Kepala BNN.

Dirasa mendesak diperlukan, Waseso mengajukan buku tersebut ke Menteri Pendidikan dan Kebudayan saat itu, Anies Baswedan. Harapan Waseso, buku itu masuk dalam kurikulum 2016.

"Tapi 2016 ternyata tidak masuk ke dalam kurikulum," ujar pria yang populer disapa Buwas dalam acara diskusi di Kantor Kepala Staf Presiden, Jakarta, Rabu (26/10/2016).

Padahal, saat menyerahkan buku itu, lanjut Buwas, Anies mengatakan mendukung program sosialisasi antinarkoba BNN. "(Anies Baswedan bilang) Iya iya saja. Tapi realisasinya kan enggak ada," ujar Buwas.

Merasa mentok di Anies, Buwas kemudian mengajukan buku tersebut kepada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Ternyata hasilnya sama: tidak terealisasi.

Buwas kemudian melaporkan kerjanya ke Presiden Jokowi. Ia berharap Presiden mewujudkan program sosialisasi antinarkoba pada kurikulum tahun mendatang. Buwas juga akan berkoordinasi lagi dengan Mendikbud saat ini demi mengegolkan sosialisasi antinarkoba itu.

Dari TK hingga SMA

Buku itu sendiri dirancang oleh para pakar pendidikan di Indonesia. Setiap jenjang pendidikan, konten sosialisasi antinarkoba berbeda.

Semakin tinggi jenjang pendidikan, maka konten sosialisasinya semakin dalam. "Kalau TK ya hanya gambar-gambar lucu saja. Misalnya ada tokoh kartun bertuliskan, jangan makan sembarangan, makanan harus bersih. Kalau makan makanan kotor bisa sakit, kalau sakit enggak bisa main sama teman-teman. Cukup sampai di situ saja," ujar Buwas.

"Nanti kalau SD, SMP dan SMA beda lagi. Lebih dalam itu bahasannya. Misalnya SMA sudah mulai berisi dampaknya secara medis kalau pakai narkoba apa," lanjut dia.

Harapannya, pemahaman sang anak tentang bahaya narkoba semakin dewasa semakin baik. Jika demikian, ketika sang anak memasuki umur rentan penyalahgunaan narkoba, dia sudah memiliki prinsip tidak menggunakannya.

"Kami harapkan juga pas mahasiswa enggak lagi mau pakai. Karena dia sudah paham, ini bahaya, baik bagi negara atau cita-cita saya," ujar Buwas.

Buwas menjelaskan, sosialisasi antinarkoba sedini mungkin sangat penting. Sebab, bandar narkoba sudah mulai meregenerasi pasarnya. "Sekarang yang sangat miris adalah kegiatan jaringan narkoba itu sudah meregenerasi pasar. Korbannya sudah anak TK, anak SD. Kami temukan kasus itu dibiayai oleh jariingan (narkoba). Setelah pangsa pasarnya yang saat ini habis, mereka menciptakan pasar selanjutnya, ini jahat," ujar Buwas.

(Fabian Januarius Kuwado)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×