kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Skema KPBU dipilih untuk penyelesaian kawasan industri Bintuni


Senin, 24 September 2018 / 16:59 WIB
Skema KPBU dipilih untuk penyelesaian kawasan industri Bintuni
ILUSTRASI. Tangguh LNG di Teluk Bintuni, Papua Barat


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

“Kami memiliki harapan Kawasan Industri Petrokimia di Teluk Bintuni akan berkembang seperti kawasan industri petrokimia yang sudah berkembang pesat saat ini. Sebagai contoh, kawasan industri petrokimia di Bontang, Kalimantan Timur, yang merupakan klaster industri petrokimia pertama yang sudah berjalan lebih dari 30 tahun,” ungkapnya.

Hingga saat ini, telah terdapat lima industri petrokimia yang berada di kawasan Kaltim Industrial Estate (KIE) Bontang dengan menghasilkan komoditas yang beragam, antara lain amoniak, pupuk urea, metanol, dan amonium nitrat.

Menperin meyakini, kehadiran industri petrokimia di Teluk Bintuni, sebagai sektor hulu akan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku metanol dalam negeri. Selain itu, mengurangi ketergantungan impor bahan baku tersebut dan memacu pertumbuhan industri hilir lainnya yang memberikan nilai tambah lebih besar terhadap perekonomian nasional.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono menjelaskan investasi tahap pertama kawasan Bintuni membutuhkan US$ 700 juta sampai US$ 800 juta. Hanya saja sampai saat ini harga gas yang tidak feasible membuat banyak investor kurang tertarik untuk investasi.

“Oleh karena tidak feasible itu pakai proyek KPBU, serta pemerintah bisa chip in saham sampai 49% dengan konsepnya VGF(viability gap fund),” kata Sigit (24/9).

Sigit mengaku investor yang tertarik mulai dari perusahaan Jepang dan Korea. Sigit mengatakan waktu penyelesaian beauty contest akan disesuaikan trim 3 British Protoleum (BP yang harus selesai pada 2021. Sehingga sebelum waktu itu harus ada financial cost. “Jadi ada waktu bangun 2 tahun begitu gasnya keluar langsung,” paparnya

Adapun beauty contest jadi terbuka untuk semua investor. Sigit menyebut perusahaan seperti Ferrostaal dan Pupuk Indonesia misalnya telah undang untuk ikut dalam beauty contest tersebut.

Namun Kemenperin ingin Pupuk Indonesia bisa menjadi stand by investor. Dengan minimal kepemilikan saham mencapai 30%. “Yang artinya pemerintah masih disana dan kalau bisa sekalian mengelola kawasan industrinya,” paparnya.

Kemenperin mencatat, pada tahun 2017, industri kimia menjadi salah satu sektor penyumbang utama terhadap PDB sebesar 1,73% atau senilai Rp236 triliun, di mana industri petrokimia menjadi salah satu penghasil komoditas bahan baku penting untuk sektor industri lainnya. Selain itu, pertumbuhan industri kimia mencapai 3,48% dengan pertambahan nilai investasi mencapai Rp 42,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×