Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Sinyal dari alat Emergency Located Transmitter (ELT) yang terdapat pada pesawat Sukhoi Superjet 100 tidak menyala saat pesawat itu menabrak tebing di kawasan Gunung Salak, Jawa Barat pada Rabu (9/5) siang.
Humas Basarnas Gagah Prakoso menyebut, padahal seharusnya sinyal tersebut menyala ketika pesawat menghantam suatu benda. "Itu dia, kami juga menanyakan kenapa alat itu tidak memancarkan sinyal," ujar Gagah di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (10/5)
Dia mengatakan, Basarnas memasang dua receiver terminal di Indonesia bagian timur dan juga di Jakarta. Namun, kedua alat itu tidak menangkap sinyal dari pesawat Sukhoi tersebut.
Lanjutnya, jika alat Basarnas tidak berhasil menangkap, biasanya alat penerima sinyal di Singapura dan Australia mampu menangkap hal tersebut. "Tapi lagi-lagi, di Singapura dan Australia juga tidak bisa menangkap. Tiga negara tidak menangkap sinyal dari ELT Sukhoi," ungkap Gagah.
Padahal seharusnya, alat itu akan secara otomatis mengirimkan sinyal jika pesawat terkena air atau pun menghantam suatu benda dengan keras. Menurut Gagah, dugaan sementara, hilangnya sinyal lantaran dampak benturan yang sangat kencang.
"Tidak ada sinyal bisa jadi karena dampak yang diberikan pesawat. Dengan pesawat tipe itu dan berkecepatan 600-800 km/jam, lalu mengantam batu bisa jadi langsung hancur," paparnya.
Sebelumnya, pesawat Sukhoi Superjet 100 dengan nomor penerbangan RA36801 hilang kontak pada koordinat 06° 43' 08" Lintang Selatan dan 106° 43' 15" Bujur Timur. Koordinat itu diperkirakan dekat Cidahu, Gunung Salak. Penerbangan yang dilakukan pesawat milik Rusia tersebut merupakan bagian dari demonstrasi penerbangan yang diselenggarakan oleh PT Trimargarekatama. (Sabrina Asril/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News