kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Serapan Tenaga Kerja Minim di Tengah Kenaikan Realisasi Investasi, Ini Saran Ekonom


Rabu, 20 Juli 2022 / 19:38 WIB
Serapan Tenaga Kerja Minim di Tengah Kenaikan Realisasi Investasi, Ini Saran Ekonom
ILUSTRASI. Sejumlah buruh mengenakan masker saat pulang kerja di salah satu pabrik di kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). Serapan Tenaga Kerja Minim di Tengah Investasi, Ini Saran Ekonom.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi sepanjang periode April-Juni atau hingga kuartal II 2022 mencapai Rp 302,2 triliun atau meningkat  7% dibandingkan dengan kuartal I 2022, yang realisasinya mencapai Rp 282,4 triliun.

Meski begitu, dari realisasi investasi yang meningkat, serapan padat karya alias tenaga kerja justru minim. Dari realisasi tersebut lebih banyak diserap oleh sektor padat modal. Serapan lapangan pekerjaan dari realisasi investasi di periode ini juga hanya naik tipis dibandingkan kuartal sebelumnya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai, investasi padat modal memang lebih menarik di mata investor. Sebab, berurusan dengan tenaga kerja lebih rumit ketimbang berurusan dengan mesin.

“Mesin lebih pasti, produksinya dapat diestimasi berdasarkan kapasitas. Umur ekonomis mesin juga lebih pasti, paling hanya butuh diservis secara berkala agar tidak cepat rusak,” tutur Esther kepada Kontan.co.di, Rabu (20/7).

Baca Juga: Ini Sektor Investasi yang Tumbuh Paling Tinggi di Kuartal II 2022

Meski begitu, Esther mengatakan, minimnya penyerapan tenaga kerja di tengah realisasi investasi yang tinggi ini perlu menjadi perhatian. Menurutnya pemerintah perlu mempertimbangkan regulasi tenaga kerja, serikat buruh, dan juga estimasi produksi.

Sehingga, dibutuhkan kebijakan Pemerintah agar investasi yang masuk juga harus mendorong dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Ia mencontohkan, di negara lain, perjanjian kerjasama antara investor dan pemerintah di utamakan.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, agar realisasi investasi lebih menyerap tenaga kerja yang banyak, pemerintah harus mempercepat pembangunan kawasan industri di Batang dan Kendal untuk menarik industri elektronik dan otomotif.

“Di industri tersebut, untuk perakitan meski ada robotisasi tapi relatif butuh banyak tenaga kerja manual. Ini karena faktor upah dan investasi mesin masih menarik upah di Indonesia. Jadi bisa dikatakan padat karya juga,” tutur Bhima.

Baca Juga: Serapan Tenaga Kerja Minim di Tengah Kenaikan Investasi, Ini Penjelasan Bahlil

Menurutnya, semakin cepat pabrik bisa beroperasi maka serapan kerja akan naik. Kemudian, Ia juga menyarankan agar Pemerintah bisa lebih meningkatkan lagi kualitas sumber daya manusia di sekitar kawasan industri sehingga manufaktur dari Penanaman Modal Asing (PMA) akan cenderung merekrut talenta lokal dibanding mendatangkan bahan setengah jadi dari impor. 

Langkah lainnya yang bisa dilakukan Pemerintah yakni dengan, menggiring investasi di pengolahan pangan dan pertanian. Bhima bilang, dengan adanya momentum krisis pangan global artinya akan ada kekurangan produksi diberbagai negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×