kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Serapan Tenaga Kerja Masih Minim di Tengah Meningkatnya Investasi


Rabu, 25 Januari 2023 / 14:58 WIB
 Serapan Tenaga Kerja Masih Minim di Tengah Meningkatnya Investasi
ILUSTRASI. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia berjalan usai mengikuti sidang kabinet paripurna di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (11/10/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun.

Realisasi itu mencapai 100,6% dari target investasi tahun 2022 yang sebesar Rp 1.200 triliun. Realisasi investasi tersebut naik 34,0% dibandingkan dengan tahun lalu. Dengan pencapaian investasi di sepanjang 2022, penyerapan tenaga kerja selama investasi setahun tersebut mencapai 1.305.001 orang tenaga kerja.

Hanya saja, dengan meningkatnya realisasi investasi tersebut, nyatanya serapan tenaga kerjanya justru menciut. Pasalnya, pada tahun 2017, realisasi investasi yang sebesar Rp 692,8 triliun saja berhasil menyerap 1.176.323 orang.

Memang, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa serapan tenaga kerja yang sebesar 1.176.323 tersebut telah sesuai dengan target dari pemerintah.

Baca Juga: Perusahaan Kimia Terbesar di Dunia akan Bangun Pabrik Baterai Mobil di Indonesia

"Itu kan dari Rp 1.207 triliun kan penciptaan lapangan pekerjaan 1.305.001 orang. Tapi selain itu, dari UMKM dari total investasi Rp 300 triliun lebih, itu ada penciptaan lapangan pekerjaan 7 juta lebih. Kalau ini ditanya mencapai target atau tidak, ya tercapai," ujar Bahlil kepada awak media di Gedung Kementerian Investasi/BKPM, Selasa (24/1).

Bahlil mengatakan, tidak maksimalnya serapan tenaga kerja tersebut lantaran saat ini pemerintah tengah fokus dalam melakukan hilirisasi yang berorientasi pada industri dan energi hijau. Akibatnya, investasi yang masuk lebih banyak ke sektor padat modal dibandingkan ke sektor padat karya.

"Konsekuensinya adalah pasti tidak banyak atau tidak maksimal dengan karyawan, karena dia padat teknologi, mesin dan segala macam. Ini antara pilihan kita maju padat karya tapi lambat kita maju atau kita memakai teknologi untuk cepat kita maju," jelas Bahlil.

Bahlil menegaskan, agar Indonesia bisa cepat menjadi negara maju maka perlu cara investasi yang lebih modern sehingga berdampak kepada perekonomian Indonesia, misalnya dengan investasi yang padat modal dan teknologi.

"Yang namanya tambang mana bisa kita pakai padat karya. Kalau bangun gedung oke, bawa truk oke, bawa alat oke, begitu ke industrinya itu sudah remote saja," katanya.

Baca Juga: Bahlil Khawatir Ancaman Resesi 2023 Pengaruhi Kinerja Investasi

Meski begitu, pemerintah tentu tidak akan mengabaikan investasi di sektor padat karya yang lebih banyak menyerap tenaga kerja, misalnya sajak sektor padat karya ke UMKM. BKPM mencatat, sepanjang 2022 nilai investasi usaha mikro dan kecil mencapai Rp 318,6 triliun, dan berhasil menyerap tenaga kerja sebesar 7.608.210 orang.

"Betul investasi kan tujuannya menciptakan lapangan pekerjaan. Tapi kalau gaya kita masih gaya 1980-an, bagaimana kita mau maju. Tapi bukan kita abaikan mereka (padat karya), karena padat karya ini penting untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang massive, contohnya UMKM, " tandas Bahlil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×