kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor-sektor yang masih berkontribusi ke laju ekonomi di tengah pandemi corona


Minggu, 22 Maret 2020 / 17:32 WIB
Sektor-sektor yang masih berkontribusi ke laju ekonomi di tengah pandemi corona


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah virus corona (Covid-19) yang saat ini tengah menyebar di Indonesia dan beberapa negara lain. Wabah ini merenggut korban jiwa dan menggerogoti sektor-sektor ekonomi, termasuk potensi pertumbuhan ekonomi domestik.

Namun, beberapa ekonom melihat ada beberapa sektor yang masih bisa menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah wabah ini. Apa saja?

Baca Juga: Ada ancaman virus corona, sejumlah bank akan revisi target kredit tahun ini

Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat di tengah melambatnya beberapa sektor pertumbuhan ekonomi, sektor yang masih berpotensi untuk tumbuh antara lain industri manufaktur, industri obat, serta industri jasa kesehatan. Meski begitu, kontribusi tiga sektor tersebut dalam pertumbuhan ekonomi hanya 9,18%.

Selain ketiga sektor tersebut, sektor lain yang berpotensi tumbuh yaitu sektor komunikasi. Ini berkaitan dengan pilihan yang diambil masyarakat saat mobilitas dibatasi akibat penyebaran virus.

"Masyarakat akan mengambil alternatif menggunakan internet sebagai sarana hiburan. Namun, sektor tersebut hanya memiliki proporsi 3,96% dari PDB," terang Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (22/3).

Baca Juga: Menkeu rilis skenario terbaru pertumbuhan ekonomi 2020, ini kata ekonom Bank Permata

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira melihat industri makanan dan minuman berpotensi akan meningkat kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, sektor ini menyumbang 6,4% dari PDB dan kemungkinan meningkat menjadi 6,5% - 7%.

Selain itu, Bhima juga melihat adanya potensi peningkatan kontribusi industri farmasi terhadap pertumbuhan ekonomi, apalagi di situasi saat ini. Akan tetapi, sepertinya penambahan kontribusinya tidak akan terlalu besar.

"Harusnya bisa lebih besar, tapi ada faktor penghambat, yakni pelemahan kurs rupiah yang membuat biaya impor bahan baku obat naik dan terkendalanya supply bahan baku," katanya.

Baca Juga: Ekonom Indef: Indonesia bisa krisis ekonomi bila corona bertahan hingga 6 bulan

Lebih lanjut, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi melihat bahwa dalam kondisi saat ini, sektor penyediaan akomodasi makanan dan minuman berpotensi untuk naik kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, peningkatannya tidak banyak, yaitu dari sekitar 2,8% dari PDB menjadi 3,0% - 3,3% dari PDB.

Eric juga membuat asumsi, yaitu bila wabah berhenti di paling lambat akhir kuartal II-2020 dan pemerintah tidak mengambil kebijakan untuk lockdown, maka kontribusi sektor yang masih besar terhadap pertumbuhan ekonomi masih ada manufaktur, pertanian, serta perdagangan. "Meski, pertumbuhannya melambat," jelas Eric.

Asumsi kedua, apabila pemerintah menetapkan lockdown selama dua pekan. Menurutnya, kontribusi ketiga sektor tersebut masih akan besar, meski mengalami perlambatan pertumbuhan yang semakin dalam.

Baca Juga: Ekonom ini proyeksikan ekonomi bisa tumbuh 4,3% jika corona selesai akhir kuartal II

Untuk itu, asumsi kontribusi sektor tersebut antara lain sektor manufaktur akan turun sumbangannya menjadi 18% - 19% dari PDB, sementara sektor perdagangan bisa turun kontribusinya menjadi 11% - 12% dari PDB.

Akan tetapi, meski ada sektor-sektor yang meningkat kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi, ini hanya bersifat sementara atau hingga wabah berhenti.

Kenaikan kontribusinya tersebut juga lebih disebabkan oleh kontribusi sektor-sektor lain yang turun dan tidak menyebabkan transformasi struktural pada komposisi pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×