Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) menjadi salah satu sektor yang paling terdampak selama pandemi COVID-19. Sebanyak 44.295 pekerja seni terkena imbas pandemi. Berbagai langkah dan strategi pemulihan di sektor parekraf menyambut kenormalan baru pun dipersiapkan salah satunya menggunakan platform digital.
Plt. Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Josua Simanjuntak menjelaskan, pandemi COVID-19 memberikan dampak besar pada hampir semua profesi dan pekerja di bidang kreatif.
Baca Juga: Ini syarat masuk ke Taman Nasional Komodo saat pandemi
Salah satu subsektor kreatif yang terdampak adalah para pekerja seni yang kehilangan pekerjaan, termasuk para musisi di dalamnya.
“Diharapkan pekerja di industri musik terus berkarya secara kreatif di tengah masa transisi menuju tatanan kenormalan baru. Para musisi bisa menyesuaikan diri melalui pemanfaatan platform digital untuk membuka potensi pasar baru di ranah global karena digital berarti sudah tanpa batas. Maka bersiap-siaplah para pemusik untuk berkarya yang terbaik,” katanya dalam keterangan yang diterima KONTAN, Sabtu (18/7).
Dalam pemaparannya, Josua menyampaikan bahwa Kemenparekraf tengah menyiapkan program “Portamento” bagi musisi, yang merupakan platform berbentuk aplikasi sebagai media pemasaran karya musik yang akan terhubung langsung dengan pembeli.
Melalui teknologi ini, musisi dapat mengunggah karya musik dengan data sebagai administrasi hak cipta yang akan terhubung dengan platform penyedia musik online seperti Spotify, YouTube, Joox, dan lainnya.
“Kami juga berharap, dengan protokol kesehatan yang sudah diresmikan oleh Kementerian Kesehatan, industri ekraf akan dapat segera kembali beraktivitas, terutama bagi para musisi untuk dapat kembali berkolaborasi dan tampil di depan publik sambil terus memanfaatkan digital sebagai sarana untuk menunjukkan karya-karya terbaik sehingga bisa diapresiasi oleh masyarakat luas” lanjut Joshua.
Baca Juga: Begini dukungan Kemenparekraf untuk pemulihan wisata Mandalika
Secara berkala, Kemenparekraf/Baparekraf juga telah mengadakan sharing session seputar musik dan konser musik virtual yang melibatkan musisi-musisi berbakat di tanah air.
Beberapa di antaranya adalah "Ngamen Online" hasil kerja sama dengan Institut Musik Jalanan (IMJ), Festival Musik dan Amal "Good Vibrations", "Spirit of Online Performance" yang berkolaborasi dengan pelaku seni dan kreatif di Danau Toba, hingga “Konser Solidaritas Bersama Jaga Indonesia” yang disiarkan secara serentak di beberapa stasiun TV nasional.
“Acara-acara tersebut bertujuan untuk menjaga solidaritas dengan rekan-rekan musisi dan berbagi ilmu yang bermanfaat di masa pandemi COVID-19 kepada masyarakat. Platform digital kemudian dipilih sebagai panggung alternatif bagi penggiat musik mengingat mobilitas dan kegiatan offline harus berhenti seiring dengan kebijakan protokol physical distancing, bekerja dari rumah dan belajar dari rumah,” kata Josua.
Platform digital hadir untuk memberikan kemudahan bagi semua kalangan. Media sosial seperti YouTube, Facebook, Twitter, dan Instagram, juga platform virtual conferencing seperti Zoom, Google Hangout, dan Microsoft Teams bisa mendekatkan musik kepada penggemar secara mudah, real time, dan mengakomodasi kebutuhan live secara interaktif. Musisi juga dapat memanfaatkan fitur polling untuk mengetahui umpan balik yang dibutuhkan mengenai karya mereka. Selain itu, ada pula pilihan aplikasi video konferensi yang mendukung interaksi dua arah dan menawarkan opsi pengaturan konten atau kurasi penonton.
Kemenparekraf/Baparekraf mencatat setidaknya ada 44.295 pekerja seni dan pekerja kreatif terkena dampak pandemi COVID-19 dan telah diajukan ke Kementerian Sosial untuk menerima bantuan sosial dari pemerintah. Secara mandiri, Kemenparekraf juga akan terus melanjutkan program pendampingan dan pelatihan daring kepada SDM parekraf agar mendapat kompetensi yang dibutuhkan untuk kembali bekerja seusai pandemi.
Baca Juga: Banyak dibutuhkan, inilah 7 jurusan kuliah yang sering diincar HRD
Praktisi industri musik, Wendi Putranto menilai selama periode COVID-19, terdapat tren menarik mengenai konten digital musik. Diantaranya merebaknya fenomena wawancara live di Instagram, konten kolaborasi virtual jamming antar musisi, dan tren konser virtual.
Di samping itu, pemanfaatan platform digital juga banyak digunakan oleh musisi untuk melakukan aksi solidaritas. “Dalam situasi pandemi seperti sekarang masa depan akan semakin terasa menantang. Namun, kita harus tetap semangat meraih peluang baru, beradaptasi, dan melakukan eksperimen acara yang disesuaikan dengan protokol yang telah ditetapkan. Dalam dunia showbiz, pertunjukan harus terus berjalan,” imbuh Wendi.
Selain itu, Wendi juga yakin bahwa masa-masa pandemi seperti saat ini tidak seharusnya menurunkan semangat musisi baru dalam berkarya. “Musisi baru harus pintar memanfaatkan platform-platform digital untuk mendistribusikan lagu. Namun, yang tidak kalah penting, musisi pendatang baru harus memiliki lagu yang berkarakter dan membuat perencanaan promosi yang berkelanjutan di media massa,” tambah Wendi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News