kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sebanyak 13 orang tewas dalam kasus penembakan di Aceh pada 2011 lalu


Kamis, 12 Januari 2012 / 14:58 WIB
Sebanyak 13 orang tewas dalam kasus penembakan di Aceh pada 2011 lalu
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung mata uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di salah satu bank./pho KONTAN/Carolus Agus waluyo.


Reporter: Eka Saputra | Editor: Edy Can


JAKARTA. Kepolisian mengungkapkan, jumlah korban tewas penembakan yang terjadi di Aceh telah mencapai 13 orang. Selain itu terdapat 13 orang luka-luka akibat penembakan tersebut.

Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Sutarman mengatakan, korban tersebut terjadi dalam beberapa kasus penembakan yang mulai terjadi sejak Oktober 2011 lalu hingga Desember 2011 lalu. Dia mengatakan, setidaknya ada 12 kasus penembakan.

Dia merinci, pada 14 Oktober 2011 lalu terjadi perampokan yang dilakukan enam orang dengan senjata laras pendek. Menurutnya, pelaku mencuri uang tunai Rp 300 juta, laptop dan telepon genggam. "Satu orang meninggal," katanya, Kamis (12/1).

Lalu, pada 18 Desember 2011 lalu, terjadi lagi kasus penembakan. Namun, tidak ada korban dalam peristiwa penembakan itu.
Polisi sudah menangkap dua orang pelakunya. "Dua orang lagi masih buron," katanya.

Sutarman mengaku mengusut rangkaian kasus penembakan itu. Menurutnya, ada model penembakan dilakukan hanya untuk melakukan teror dan menimbulkan rasa takut di masyarakat. Mantan Kapolda DKI Jakarta ini menilai maraknya kasus penembakan karena peredaran senjata api di Aceh cukup longgar.

Sutarman mengaku masih menghadapi kendala mengatasi peredaran senjata api ilegal di Aceh. Dia mengaku sedang menyelidiki kasus ini. "Bisa dari pelbagai perspektif, ini akan kami usut. Mungkin dulu belum digudangkan atau ini memang senjata yang baru masuk," tandasnya.

Tim Pemantau Pemerintahan Aceh mengaku terkejut dengan kenyataan tersebut. Ketua Tim Pemantau Pemerintahan Aceh Priyo Budi Santoso mempertanyakan upaya mengumpulkan senjata api yang dilakukan polisi ketika terjadi perjanjian perdamaian pada 2005 silam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×