kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

SCI prediksi sektor transportasi tumbuh 11,15% di tahun ini


Selasa, 19 Maret 2019 / 10:24 WIB
SCI prediksi sektor transportasi tumbuh 11,15% di tahun ini


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi lapangan usaha transportasi dan pergudangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2018 tercatat sebesar Rp 797,3 triliun atau 5,37% dari PDB yang bernilai Rp 14.837,36 triliun.

Lapangan usaha tersebut menggambarkan sektor logistik yang mencakup subsektor transportasi per moda, yatu rel, darat, laut, udara, serta sungai, danau, dan penyeberangan. Sektor logistik juga mencakup pergudangan dan jasa penunjang angkutan, serta pos dan kurir.

Setijadi, Chariman Supply Chain Indonesia (SCI) menyampaikan berdasarkan analisa pihaknya, menunjukkan sektor transportasi Indonesia pada tahun 2018 didominasi oleh sub sektor angkutan darat dengan kontribusi sebesar 53,15% dan diikuti angkutan udara (36,10%).

"Angkutan-angkutan lainnya memberikan kontribusi rendah, yaitu angkutan laut (6,77%), angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (2,41%), dan angkutan rel (1,57%)," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (19/3).

Kontribusi kelima sub sektor transportasi tersebut terhadap PDB tahun 2018 sebesar Rp 666,2 triliun atau meningkat sebesar Rp 50,7 triliun (8,23%) dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp 615,5 triliun. Dari kelima sub sektor transportasi itu, angkutan rel (kereta api) menunjukkan perubahan kontribusi tertinggi, yaitu sebesar 14,16% dari 9,17 triliun pada 2017 menjadi 10,46 triliun pada 2018.

Berdasarkan analisis SCI, peningkatan kontribusi itu didorong antara lain oleh pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, terutama industri makanan. Pendorong lainnya adalah perdagangan dengan peningkatan produksi barang-barang domestik dan impor.

3SCI memprediksi sektor transportasi Indonesia pada tahun 2019 akan tumbuh sebesar 11,15% menjadi Rp 740,4 triliun. Kontributor tertinggi masih dari angkutan darat sebesar Rp 380,8 triliun atau setara 51,43% dan angkutan udara sebesar Rp 282,2 triliun setara dengan 38,12%.

"Angkutan laut berkontribusi sebesar 6,50% angkutan darat (jalan), angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 2,30% dan angkutan rel sebesar 1,66%," lanjutnya.

Walaupun angkutan darat berkontribusi tertinggi, namun tingkat pertumbuhan tertinggi pada tahun 2019 diprediksi terjadi pada angkutan udara atau 17,37% dan angkutan rel 17,11%. Pertumbuhan angkutan-angkutan lainnya diprediksi di bawah 10%, yaitu angkutan darat (jalan) 7,55%, angkutan laut sebesar 6,65%, serta angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 6,24%.

Kontribusi setiap angkutan atau moda transportasi yang tidak berimbang tersebut menunjukkan ketidakseimbangan penggunaan moda-moda transportasi di Indonesia. Hal ini berpotensi terhadap inefisiensi proses dan biaya transportasi dan logistik yang berdampak terhadap harga produk dan komoditas.

"Selain mempengaruhi daya saing nasional, untuk beberapa wilayah tertentu, hal ini berdampak terhadap ketersediaan produk dan komoditas, serta disparitas harga antar wilayah," tambahnya.

Oleh karena itu, pemerintah dan para pihak terkait perlu mendorong peningkatan peranan moda-moda transportasi secara berimbang untuk mewujudkan sistem transportasi multimoda secara terintegrasi dengan transportasi laut sebagai backbone. Sistem transportasi yang sesuai dengan karakteristik geografis Indonesia ini akan mendorong efisiensi sistem logistik nasional.

Pemerintah dan para pihak juga harus mencermati pertumbuhan sektor transportasi berdasarkan data PDB tersebut. Nilai sektor transportasi mencakup semua pengeluaran termasuk biaya, termasuk biaya-biaya yang tidak memberikan nilai tambah dalam jalur transportasi seperti karena kemacetan. Faktor penyebab potensial lainnya adalah inefisiensi dalam proses penanganan barang di simpul-simpul transportasi seperti pelabuhan, bandara, dan terminal barang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×