kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

SBY: Tak ada manuver politik dalam penggantian pejabat


Selasa, 31 Agustus 2010 / 20:48 WIB


Reporter: Hans Henricus | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Setelah terkatung-katung sekian lama, akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mengganti Kepala Polri, Jaksa Agung, dan Panglima TNI. Walau pimpinan-pimpinan strategis yang akan diganti, Presiden menjamin tidak ada pengaruh politik apa pun dalam proses pemilihan pejabat yang baru

SBY menegaskan dirinya tidak mau ada manuver politik apa pun dalam oleh pihak mana pun yang bisa mencederai nilai dan etika itu. "TNI, Polri, dan Kejaksaan Agung sesungguhnya tidak berada di wilayah politik," ujar SBY usai sidang kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Selasa (31/8).

Presiden mengatakan pejabat-pejabat itu akan mengakhiri tugasnya sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku. "Saya harus mengatakan bahwa penggantian ini telah diatur dalam undang-undang dan ada kode etik atau etika yang harus dipegang teguh," katanya

Oleh karena itu hakikatnya, posisi Panglima TNI, Kapolri dan Jaksa Agung tidak berada di domain politik. Termasuk Presiden dalam mengangkat Jaksa Agung, Panglima TNI, dan Kapolri berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Jadi, kata SBY, sistem yang bekerja bukan manuver ke sana kemari seolah-olah bisa membuka jalan. Selain itu, Presiden meminta tidak ada keretakan atau konflik internal lantaran pemilihan pejabat baru di TNI. Polri dan Kejaksaan Agung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×