Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Di tengah rangkaian perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Bali, Minggu (6/10), terselip sebuah kabar yang menarik.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri kabinet mencicipi makanan di Media Center.
Peristiwa itu memang lazim adanya. Namun, yang membuat tidak lazim mendengar ucapan SBY di situs resmi kepresidenan. Pernyataan SBY terkesan menarik dan peduli terhadap juru warta.
Peran para juru warta di KTT APEC dianggap sangat penting oleh Presiden, sehingga faktor kenyamanan dan fasilitas, termasuk makanan harus diperhatikan panitia APEC.
"Dalam setiap perhelatan besar antarnegara, seperti KTT APEC, peran juru warta sangat penting untuk menyebarkan apa yang terjadi dalam pertemuan tersebut. Indonesia sebagai tuan rumah menyediakan fasilitas memadai untuk kenyamanan kerja wartawan, termasuk dalam urusan perut alias makanan," ucap SBY seperti dikutip dari presidenri.go.id, Minggu (6/10).
Dalam kunjungan tersebut, SBY sempat berkomentar tentang rasa menu hidangan di KTT APEC kepada para pewarta. "Bagus ini, makanannya seperti VIP, enak," ujar SBY.
Menu hidangan pembuka di KTT, antara lain, salad dan sup. Sementara hidangan utamanya adalah ikan, daging, ayam, dan cumi-cumi.
Ada pula berbagai kue dan minuman. Fasilitas yang terkesan mewah dan mendukung peran media tersebut diberikan untuk para jurnalis asing dan media dalam negeri.
Para jurnalis asing itu pun sempat melihat sebuah ruangan media center, tempat para juru warta menulis kegiatan Presiden SBY sehari-hari di Istana Negara.
Beberapa hari lalu, misalnya, sejumlah wartawan asing dari China sempat bertandang ke ruangan pers itu. Mereka diantar salah seorang staf biro pers Istana.
Ketika memasuki ruang pers istana, staf tersebut buru-buru menyampaikan permohonan maaf kepada para jurnalis asal China tersebut.
"Maaf ya, ruang pers kami sederhana saja," tuturnya pada pewarta asing tersebut. Sontak permintaan maaf staf tersebut, yang didengar beberapa wartawan lokal menimbulkan pertanyaan.
"Kalau staf minta maaf kepada wartawan asing, lalu selama ini kita yang tiap hari di sini tidak pernah, berarti tidak dianggap dong," protes salah seorang jurnalis wanita di Istana.
Toilet khusus wartawan istana rusak
Ruang pers istana memang cukup luas dan fasilitas internet cukup bagus, termasuk meja dan kursinya. Namun, kalau para pewarta asing itu masuk ke toilet baik laki-laki dan perempuan, kemungkinan besar mereka akan kaget.
Pasalnya, tempat yang berada persis di samping Istana Negara itu, tampak berbanding terbalik dengan toilet yang ada di dalam Istana.
Acap kali, air di wastafel mampet, beberapa lampu mati, dan ruangannya terkesan kotor. Bahkan, beberapa fasilitas di dalam toilet tidak bisa digunakan karena sudah rusak dan tak pernah diperbaiki.
Bahkan, ada toilet yang keran airnya rusak, sehingga mengalir terus-menerus. Meskipun berada persis di samping Gedung Istana Negara, tapi SBY belum pernah terlihat memasuki ruangan tersebut, setidaknya dalam setahun terakhir ini.
Persoalannya, apakah SBY juga nanti mengatakan kepada para juru warta yang ngepos di Istana, bahwa fasilitas di sana cukup bagus dan makanan jamuannya juga enak?
Atau apakah perlu menunggu, para pewarta asing berbondong-bondong ke istana dulu baru sang Presiden akan memperhatikan semua fasilitas juru warta di istana?
Salah seorang pewarta lain yang juga meliput di Istana menjawab, mungkin karena kita sudah terlalu lama dijajah, sehingga kita selalu menghormati orang asing, tapi kurang menghormati diri sendiri. Entahlah, siapa yang benar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News