kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Satu tahun pemerintahan Presiden Jokowi-Ma'ruf Amin di mata Hipmi


Selasa, 20 Oktober 2020 / 10:08 WIB
Satu tahun pemerintahan Presiden Jokowi-Ma'ruf Amin di mata Hipmi
ILUSTRASI. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Mardani H Maming


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Evaluasi satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin periode kedua sejak dilantik pada 20 Oktober 2019 lalu, dari perspektif dunia usaha dalam hal ini Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai bahwa pemerintah telah berupaya meningkatkan perekonomian dan investasi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi Mardani H. Maming terlihat dari pemerintah mengesahkan Omnibus Law, meski peraturan tersebut dikritik sejumlah kelompok, mulai dari aktivis lingkungan hingga serikat buruh. Maming mengatakan, pemerintahan Jokowi memang sudah berada di jalur yang benar untuk meningkatkan investasi.

"Ada kemajuan peningkatan dalam indeks kemudahan berusaha dalam lima tahun pemerintahan Jokowi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sendiri menargetkan pencapaian investasi tahun 2020 sebesar lebih dari Rp 880 triliun atau sekitar 11 persen lebih tinggi dibanding 2019," ujar Maming, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (20/10).

Baca Juga: Setahun Jokowi-Amin, menteriminim terobosan, apakah saatnya reshuffle kabinet?

Mantan Bupati Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan itu menyebut, economic slowdown dirasakan sejumlah pengusaha di Indonesia terutama penurunan nilai ekspor. Hal ini bukan hanya soal insentif namun ada hal yang fundamental yang harus diperbaiki, di mana insentif akan sulit didapat jika regulasi belum mendukung.

Maming menjelaskan, Indonesia mempunyai pasar yang besar dalam ekspor. Maka dari itu, selain masalah perizinan dan insentif maka pemanfaatan sumber daya yang ada juga perlu ditingkatkan. "Banyak orang berpandangan UU Cipta Kerja ini merugikan. Padahal ini menciptakan lapangan pekerjaan baru seluas-luasnya," ucapnya.

Poin penting dalam UU Cipta Kerja, kata Maming, diupayakan ada jaminan lebih baik tentang pekerjaan, jaminan pendapatan lebih baik, dan jaminan lebih baik bidang sosial. Melalui UU Cipta Kerja ini, membuka kesempatan yang luar biasa bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta koperasi.

"Mereka yang tadinya mengurus perizinan panjang dan berbelit, nanti cukup lewat satu pintu saja. Jadi jangan buru-buru komplain berlebihan padahal belum memahami penuh, isi dan substansi dari versi terakhir UU Cipta Kerja ini," ungkapnya.

Selain itu, pencapaian pemerintahan Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam satu tahun terakhir dari perspektif dunia usaha salah satunya yaitu berusaha semakin mudah dan promosi menjadi investment grade. Salah satu yang menonjol adalah dalam hal kemudahan berbisnis.

"Hanya dalam waktu dua tahun, posisi Indonesia melonjak 42 tingkat, dari peringkat ke-114 pada 2015 menjadi peringkat ke-72 pada 2018. Sekalipun turun satu tingkat pada 2019 dan 2020, skor kemudahan berbisnis Indonesia membaik dari 68,0 poin tahun 2019 menjadi 69,6 poin pada 2020," tuturnya.

Artinya, menurut Maming, kemudahan berbisnis di Indonesia menunjukkan perbaikan terus-menerus, walaupun dalam dua tahun terakhir perbaikannya sedikit melambat. Yang harus diperbaiki yaitu mempermudah regulasi perizinan, mendorong investor lokal untuk bekerjasama dengan investor asing, dan meningkatkan ekspor.

"Jika unsur kemudahan berbisnis ini diprioritaskan dan difokuskan, maka kemudahan berbisnis di Indonesia akan jauh lebih baik dan bisa mencapai peringkat ke-40 sebagaimana yang ditargetkan oleh Bapak Presiden Jokowi. Sehingga, tidak lagi jauh tertinggal dengan Malaysia dan Thailand serta bisa lebih baik ketimbang Vietnam," pungkasnya.

Baca Juga: Setahun Jokowi-Ma'ruf Amin, pengusaha apresiasi kebijakan pemerintah di bidang UMKM

Prestasi Presiden Jokowi pun tak tertandingi oleh presiden-presiden sebelumnya dalam hal pembangunan infrastruktur. Kegiatan ini lebih merupakan investasi untuk masa depan ketimbang sekarang.

"Ketersediaan infrastruktur jalan akan membuat kawasan menjadi lebih menarik sebagai lokasi kegiatan produksi dan distribusi, yang pada gilirannya akan menarik investasi dalam dan luar negeri. Infrastruktur juga menentukan ketahanan pangan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×