Reporter: RR Putri Werdiningsih |
JAKARTA. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah memetakan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang ada di Indonesia. Ini merupakan langkah pendahuluan sebelum pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Ini dipetakan dulu dengan Hismawana Migas (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi),” kata Dirjen Migas Edy Hermantoro, saat ditemui di Gedung KPK, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (17/4).
Kini, ESDM baru mendata setiap kabupaten mengenai jumlah SPBU yang ada. Di luar itu, ESDM juga mempertimbangkan jarak antar SPBU sekaligus rute angkutan umum yang melintasinya. Hanya saja saat ditanya lebih lanjut bagaimana teknis pembagian harga di masing-masing SPBU, Edy belum dapat menjelaskannya.
“Kita baru mencari yang terbaik supaya aman dan rapi. Misalnya yang satu khusus (harga) x dan satunya khusus (harga) y,” imbuhnya.
Pria asal Jogja itu menambahkan, setelah pemetaan selesai baru kemudian kenaikan harga bbm bersubsidi bisa dilakukan. Edy memastikan jika nantinya desainnya telah siap, harga bbm akan dinaikkan serentak di seluruh Indonesia.
Seperti diketahui, pemerintah telah memastikan akan menaikkan harga bbm bersubsidi untuk mobil-mobil pribadi. Adapun kenaikan harga bbm sekitar Rp 6.500- Rp 7.000 per liter. Tapi khusus untuk angkutan umum dan motor, harga bensin akan tetap Rp 4.500 per liter.
Kelak dari total SPBU yang dimiliki Pertamina dan mitranya, sebanyak 55% akan menjual bensin dengan harga subsidi penuh yakni Rp 4.500 per liter. Kemudian, 45% sisanya akan menjual dengan harga baru.
Kemudian untuk solar, sekitar 90% SPBU akan melayani dengan harga lama Rp 4.500 per liter dan 10% SPBU lainnya akan menjual dengan harga baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News