Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Indonesia menjadi negara pemegang saham tertinggi di Bank Dunia dibandingkan negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya. Kepemilikan saham Indonesia di Bank Dunia mencapai 1%.
Direktur eksekutif Bank Dunia untuk wilayah Asia Tenggara Hekinus Manao mengungkapkan kepemilikan saham Indonesia terus meningkat dibandingkan tahun lalu, Indonesia di tahun 2010 memiliki saham sekitar 0,95%. “Saat ini, saham Indonesia di Bank Dunia sebesar 1%,” ungkapnya, Kamis, (23/6).
Walaupun terbilang kecil, namun jika dibandingkan dengan saham yang dimiliki negara-negara di kawasan Asia Tenggara, saham RI merupakan yang terbesar. Thailand hanya memiliki saham sebesar 0,48%, Malaysia sebesar 0,44%, dan Singapura sebesar 0,1%. Dia mengatakan, kepemilikan saham di Bank Dunia masih didominasi oleh negara maju. Delapan negara memiliki saham lebih dari 40%.
Amerika Serikat tercatat sebagai pemilik saham terbesar dengan persentase sebesar 15,85-16%, disusul Jepang dengan nilai saham sekitar 6,8%, Jerman dan China dengan persentase saham sebesar 4%, Inggris dan Prancis sebesar 3,75%, serta Rusia dan Arab Saudi dengan persentase sebesar 3%. “Total saham kawasan Asia Tenggara mencapai 3%,” katanya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengapresiasi kenaikan saham Indonesia di Bank Dunia. Menurutnya, hal ini bisa berdampak positif pada posisi Indonesia. Dia mengatakan, suara Indonesia dalam Bank Dunia akan lebih diperhitungkan. “Bisa lebih mempengaruhi arah kebijakan dan program Bank Dunia di negara berkembang, khususnya Indonesia,” singkat Bambang.
Direktur Pendanaan Luar Negeri Multilateral Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Dewo Putranto mengatakan, kenaikan saham atau investasi Indonesia di Bank Dunia bukan lantaran penambahan investasi yang dilakukan pemerintah.“Kenaikan saham Indonesia di Bank Dunia bukan karena kita menambah saham, tapi terjadi karena perubahan perhitungan,” ungkap Dewo.
Dewo mengatakan, pada April 2010, saham Pemerintah Indonesia sebagai salah satu anggota di forum Bank Dunia mencapai 0,98%. Peningkatan saham tersebut tidak serta merta diikuti kewajiban membayar setoran saham ke Bank Dunia. Alasannya, perhitungan tersebut menggunakan skema selektif capital increase. Sehingga, pemerintah Indonesia tidak berkewajiban menyetor tambahan saham. “Negara lain yang juga mengalami peningkatan, juga tidak menyetor. Kecuali negara yang mengalami penurunan memiliki kewajiban menyetor,” kata Dewo.
Dewo menjelaskan, perhitungan yang mempengaruhi kenaikan saham Indonesia di forum Bank Dunia adalah issue building block. Terdapat lima point yang mendukung perhitungan saham model terbaru yakni economic weight, finansial contribution, development contribution, protection for small and poor countries, serta periodic share holding review.
Disinggung mengenai jumlah pinjaman RI di Bank Dunia, Hekinus menyebutkan, sepanjang tahun 2010 lalu, Indonesia termasuk negara peminjam terbesar dengan nilai mencapai USD 2,986 miliar di salah satu anak grup Bank Dunia yakni International Bank of Reconstruction and Development (IBRD). India masih tercatat yang tertinggi yakni sebesar USD 6,688 miliar, Mexico sebesar USD 6,368 miliar, Afrika Selatan sebesar USD 3,75 miliar, dan Turki sebesar USD 2,99 miliar.
“Meskipun masuk kategori terbesar pinjaman di IBRD, Indonesia tidak lagi masuk ke kategori pinjaman dari International Development Association (IDA),” katanya. IDA merupakan anak grup bank dunia yang menyediakan pinjaman untuk negara kategori low income atau berpendapatan rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News