Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Revisi Undang-Undang Pangan (RUU Pangan) mulai dibahas bersama antara pemerintah dan Komisi IV DPR RI.
Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau yang lebih dikenal dengan Titiek Soeharto menyebut pembahasan RUU Pangan salah satunya akan membahas terkait tranformasi kelembagaan Perum Bulog.
Menurut Titiek, dalam pembahasannya nanti tidak menutup kemungkinan Perum Bulog akan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
"Insya Allah (akan dibawahi presiden), iya pokoknya kita cari yang terbaik di mana, dulu aja Bulog bisa berfungsi bisa bikin kita swasembada, kenapa sekarang mesti terlalu banyak lembaga macam-macam," ujar Titiek di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (6/5).
Baca Juga: RUU Pangan Masuk Prolegnas 2025, Memperkuat Bulog dan Swasembada Pangan
Yang terang, lanjut Titiek, revisi ini akan menfokuskan tranformasi Bulog untuk lebih baik dalam melaksanakan tugas kedepan.
"Kalau bicara dengan teman-teman sih arahnya ke situ, ke yang lebih baik lah gitu," kata dia.
Wacana tranformasi Bulog telah lama digaungkan. Pada saat itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan menyebut transformasi Bulog bertujuan untuk memastikan hasil panen petani, baik dari sektor padi, jagung, maupun hortikultura, dapat terserap dengan baik. Langkah ini diambil untuk memberikan jaminan kepada petani bahwa hasil panen mereka tetap memiliki nilai jual meskipun terjadi over produksi.
Zulhas juga menegaskan transformasi Perum Bulog yang tengah dilakukan pemerintah saat ini tidak akan mengembalikan peran lembaga ini seperti di era Orde Baru, atau di zaman pemerintahan Presiden ke-2 Soeharto.
Katanya, fokus utama Bulog saat ini adalah mendukung stabilisasi pangan dengan pendekatan yang lebih modern dan relevan dengan kebutuhan saat ini.
Baca Juga: Kementan: Stok Beras di Gudang Bulog Tembus 3,5 Juta Ton, Tertinggi dalam 57 Tahun
Zulhas menjelaskan, pada masa Orde Baru, Bulog memiliki fungsi stabilisasi yang sangat dominan. Namun, transformasi Bulog yang baru ini tidak akan kembali ke pola lama itu. Transformasi Bulog saat ini adalah memastikan keberhasilan swasembada pangan dengan memberikan dukungan penuh kepada petani.
"Paling penting yang akan kami segera selesaikan, itu mengenai transformasi Bulog. Kalau dulu Bulog di zaman Orde Baru, zaman Pak Soeharto, dia fungsi sebagai stabilisasi, tapi tentu (yang saat ini) tidak akan kembali seperti zaman dulu. Swasembada kami akan berhasil apabila hasil pertanian itu dibeli (Bulog)," kata Zulhas dalam acara Indonesia Marine and Fisheries di Raffles Jakarta, Selasa (10/12).
Selanjutnya: Klaim BPJS Ketenagakerjaan Naik 20% pada Kuartal I-2025, Tembus Rp15,76 Triliun!
Menarik Dibaca: Amankah Konsumsi Kopi Pahit untuk Asam Lambung?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News