Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank Indonesia berharap masuknya investasi asing di Surat Berharga Negara (SBN) bakal menjadi obat kuat bagi rupiah. BI mencatat hingga minggu ketiga Juli 2013, SBN pemerintah telah menyerap dana asing hingga Rp 2,97 triliun.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, hasil penjualan SBN pada Juli 2013 menandakan arus modal asing sudah mulai masuk pasar Indonesia. "Ke depan saya kira nilai tukar rupiah akan mengarah pada keseimbangan baru," ujarnya di Jakarta, Selasa (30/7)
Masuknya modal asing ke pasar Indonesia juga terlihat dari hasil lelang SBN pada Selasa (30/7) yang mencapai Rp 12 triliun. Dari total hasil lelang tersebut, sebanyak Rp 4,87 triliun merupakan inflow dari investor luar negeri. Dengan kondisi itu, BI optimistis tekanan terhadap tukar rupiah makin kecil.
Sebagai gambaran, nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan ini terus melemah walau tidak sedalam sebelumnya. Kurs tengah rupiah terhadap dollar AS Rabu (31/7) berada di kisaran Rp 10.278, lebih tinggi ketimbang hari sebelumnya Rp 10.277 per US$. Jika dibandingkan Kamis (25/7), nilai tukar rupiah terhadap US$ terlihat makin loyo di level Rp 10.263 per US$.
Untuk menjaga otot rupiah, BI telah melakukan sejumlah langkah operasi moneter. Terakhir bank sentral ini menggelar lelang swap valuta asing (valas) atau Foreign Exchange Swap yang dilakukan hari Kamis tiap minggunya.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menilai, masuknya investasi asing di pasar dalam negeri juga sebagai sinyal positif.
Destry yakin pembelian SBN oleh investor asing akan meningkatkan kepercayaan pelaku pasar. "Rupiah sudah menuju keseimbangan baru yang membuat risiko bagi investor untuk masuk pun menjadi lebih kecil," katanya.
Tak hanya rupiah, menurut Destry, inflasi tahun ini yang diperkirakan mencapai sekitar 8%, sudah terbaca pelaku pasar. "Rupiah dan inflasi menjadi patokan pembelian global bonds," tambahnya.
Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), Juniman memperkirakan dalam jangka pendek hingga kuartal III, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 10.200–Rp 10.500 per US$. Hal ini terjadi karena tingginya inflasi di Juli dan Agustus dan defisit transaksi berjalan. "Namun hingga akhir tahun rupiah akan menguat di kisaran Rp 10.100," katanya.
Selain itu, pada semester kedua 2013 ini pemerintah juga bersiap menggelar penerbitan surat utang baru senilai Rp 140 triliun. Asing akan senang membeli surat utang baru ini karena akan menawarkan imbal hasil tinggi untuk mengimbangi inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News