Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam Valuta asing (Valas) untuk menambal defisit pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025.
Melihat wacana ini, sejumlah Ekonom menilai penerbitan SBN Valas dengan kondisi ekonomi global dan domestik saat ini merupakan rencana yang tepat.
Ekonom Bright Institute Yanuar Rizky menyampaikan, rencana pemerintah untuk menerbitan SBN Valas dinilai cukup tepat dan akan membantu APBN dari sisi revolving utang jatuh tempo tahun ini dengan utang baru.
"Kalau melihat lelang SVBI (Sukuk Valas Bank Indonesia) 4,5%, akan ada penyerapan jika bunganya juga tinggi, jadi imbal hasil yang diinginkan pasar sudah pasti di atas US Treasury Bond Yield dan Fed rate," terang Yanuar kepada Kontan, Kamis (1/5).
Sepakat, Global Market Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menyampaikan, jika dilihat dari sisi pembiayaan APBN yang saat ini mengalami defisit, penerbitan SBN Valas menjadi solusi yang tepat mendorong pembiayaan belanja fiskal untuk menggerakkan aktivitas ekonomi masyarakat.
"Kondisi saat ini justru timingnya sedang bagus (menerbitkan SBN Valas)," ungkap Myrdal kepada Kontan, Kamis (1/5).
Baca Juga: Defisit Anggaran Melebar, Ekonom Paramadina Ingatkan Risiko Penerbitan SBN Valas
Selain itu, menurutnya dengan pemangkasan prospek pertumbuhan ekonomi global di 2025 oleh IMF (International Monetery Fund) dan World Bank yang diakibatkan oleh perlambatan aktivitas ekonomi di tengah trend perang dagang, sehingga memicu ekspektasi tinggi pada ruang penurunan suku bunga global dari major central bank seperti The Fed Amerika Serikat, European Central Bank (ECB), People's Bank of China (PBC), BOJ (Bank of Japan) dan lainnya.
Kondisi iklim suku bunga atau yield obligasi global saat ini dinilai juga mengalami penurunan, tercermin dari yield obligasi Amerika untuk tenor 10 tahun sudah berada di kisaran level sekitar 4,16%.
Myrdal sendiri memproyeksikan imbal hasil (yield) SBN Valas untuk yang beberapa tenor, yakni 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun berpotensi mengalami tren penurunan sekitar 10 bps-20 bps.
Baca Juga: Yield SBN Stabil, Sri Mulyani Sebut Investor Asing Pede Investasi di Indonesia
Sementara itu Pengamat Pasar Modal dan Keuangan dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menyampaikan, dengan yield 6,6% untuk SBN tenor 5 tahun dan 6,8% untuk 10 tahun merupakan hal yang wajar jika pemerintah menerbitkan SBN Valas saat ini mengingat kedepan yield berpotensi naik.
"Saya pikir jika memang dibutuhkan valas untuk melunasi utang SBN valas yang jatuh tempo atau untuk memperkuat cadangan devisa, jika yield-nya wajar dan tidak tinggi cukup membantu dan beralasan," terang Budi.
Sebagai informasi, rencana penerbitan SBN Valas ini sebelumnya telah disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto dalam jumpa pers APBNKiTA April 2025.
"Apakah pada sisa tahun kami masih akan menerbitkan SBN valas? Secara strategi issuance, ruangannya masih ada. Namun mengenai currency apa, jumlahnya berapa, dan waktu issuance kapan, kami akan sangat oportunistik," ungkap Suminto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (30/4).
Merujuk laporan Kementerian Keuangan dalam APBNKiTA April 2025, sampai dengan 28 April, pasar SBN domestik tercatat mengalami inflow sebesar Rp 9,17 triliun, dan secara year to date mengalami inflow sebesar Rp 24,40 triliun.
Sementara itu pembiayaan APBN melalui penerbitan utang tercatat mencapai Rp 270,4 triliun sampai dengan Maret 2025. Jumlat ini setara 34,8% terhadap pagu pembiayaan APBN.
Baca Juga: Lihat Situasi Global, Pemerintah Masih Membuka Ruang Penerbitan SBN Valas Tahun Ini
Selanjutnya: China Life Insurance Indonesia Catat Perbaikan Kinerja di 2024
Menarik Dibaca: Ini Peluang dan Tantangan dari Indonesia yang Mendapat Pengenaan Tarif Resiprokal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News