kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realistis, PAN dan PKS pilih fokus ke pileg ketimbang pilpres


Senin, 29 Oktober 2018 / 15:40 WIB
Realistis, PAN dan PKS pilih fokus ke pileg ketimbang pilpres
ILUSTRASI. Pendaftaran Capres Prabowo-Sandiaga Uno


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Politik dari LIMA Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, PAN dan PKS yang lebih memilih untuk fokus ke pemilihan legislatif (Pileg) 2019 ketimbang pemilihan presiden (Pilpres) 2019 mesti dilihat secara realistis. Pasalnya memfokuskan ke Pilpres 2019 yang diuntungkan adalah Gerindra dan Prabowo Subianto.

"Ini mesti disikapi secara realistis, karena mereka punya alasan bahwa bila mengkampanyekan Prabowo yang diuntungkan adalah Gerindra," kata Ray dalam keterangannya, Senin (29/10).

Sehingga, wajar PAN dan PKS memilih untuk fokus ke Pileg. "Kalau mereka harus all out ke partai kan yang diuntungkan Partainya," kata dia lagi.

Terlebih ada parliamentary threshold di mana saat ini, PAN dan PKS menyadari masih mengantongi 3%. "Mereka menyadari, suara mereka masih 3%, dari yang dibutuhkan yakni 4%. Kalau tidak mereka tidak akan lolos," ujar dia.

 Tak hanya itu, lanjut dia, PAN dan PKS cukup jeli dalam hal ini. Mereka melihat vigur di Prabowo itu tak berimbas ke Partai. Maka, mereka lebih memilih All Out ke Partainya masing-masing.

"Saya bilang tadi, mereka melihat vigur Prabowo tak berimbas ke partai, terutama PKS melihat ini," katanya.

Dihubungi terpisah, pengamat politik Afriadi Rosdi menangkap kesan PKS menganggap Prabowo Subianto tak laku dijual di Pilpres 2019. 

Pertama, PKS kemungkinan menganggap Prabowo sudah tak laku dijual, tidak bisa lagi mengangkat elektabilitas Prabowo-Sandi dalam mengejar ketertinggalan dari pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

"Jadi, partai-partai pendukung, termasuk PKS hanya akan menghabiskan energi jika mengampanyekan Prabowo," ujar Afriadi melalui keterangannya, Minggu (28/10).

Kedua, partai pimpinan Sohibul Iman tersebut kemungkinan menganggap mengampanyekan Prabowo tidak ada manfaatnya.

Bahkan, kemungkinan PKS menganggap mudaratnya lebih besar dibanding manfaatnya dalam kaitan dengan kebutuhan PKS menembus parliamentary threshold (PT).

"Sepertinya, PKS menganggap mengampanyekan Prabowo hanya akan menguntungkan Gerindra, memperbesar perolehan suara Gerindra di pemilihan legislatif, sebaliknya menggerus suara PKS," ucapnya.

Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai sikap  sejumlah kader PAN di daerah yang enggan mengampanyekan Prabowo-Sandi mengindikasikan ada persoalan di internal partai koalisi. 

Dilematisnya, jika figur pasangan capres kurang laku dijual di daerah tertentu maka justru akan menjadi beban bagi caleg dan partai pengusung. Apalagi jika pasangan calon dan timnya kerap membuat blunder politik, pasti akan semakin sulit memasarkan capresnya.

Persoalan lain yang membuat caleg PAN semakin tertekan karena kubu Prabowo - Sandi kerap mengalamai blunder politik, misalnya kasus berita bohong yang dilakukan Ratna Sarumpaet.

Selain itu, sejumlah narasi dari kubu Prabowo dan Sandiaga Uno yang cenderung sarkastis justru kerap menimbulkan sentimen negatif. Ini bisa menjadi beban bagi para caleg pengusung Prabowo - Sandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×