Reporter: Patricius Dewo | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 dinilai cukup realistis, moderat, dan mengakui adanya tantangan.
Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menilai sejumlah target asumsi makro ekonomi dalam RAPBN 2018 sudah cukup realistis mengingat tantangan terutama dari global cukup berat.
Di RAPBN 2019, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, inflasi 3,5%, nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.400 per dollar AS, suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 5,3%, harga minyak US$ 70 per barel barel dan lifting minyak 750.000 barel per hari.
Menurut Yustinus,di tengah tekanan global apalagi di tahun politik, pertumbuhan ekonomi hanya bisa bertumpu pada konsumsi dan investasi. Untuk mendatangkan investasi dalam jangka pendek tidak mudah. Saya kira ini sudah realistis, dari sisi inflasi sudah terjaga karena inflasi dalam empat tahun terakhir ini ada di 3,5%, jadi tidak tinggi," ujar Yustinus, Kamis (23/8).
Ia juga menilai, RAPBN 2019 juga sehat dan kredibel. Ini dilihat dari defisit anggaran yang semakin sempit. Di RAPBN 2019, pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar 1,84% dari produk domestik bruto (PDB), lebih kecil dari tahun ini yang diperkirakan 2,59% dari PDB.
Namun, Yustinus mengingatkan, kenaikan harga minyak dan ancaman perang dagang berpotensi menambah beban defisit transaksi berjalan. Oleh karenanya, dalam RAPBN 2019 pemerintah perlu menyusun anggaran yang mampu mendorong stabilitas rupiah dengan menjaga defisit APBN, namun juga harus menciptakan optimisme ekonomi di masa mendatang.
Selain itu, pemerintah perlu melanjutkan kebijakan pro poor yang selama ini mampu mengurangi kemiskinan maupun kesenjangan secara efektif. "Intinya, tetap optimistis, namun kita harus terus waspada atas dinamika ekonomi yang terjadi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News