kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,37   -3,13   -0.34%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyeksi Inflasi September, Terkerek Sentimen Harga Minyak hingga Pelemahan Rupiah


Minggu, 01 Oktober 2023 / 21:01 WIB
Proyeksi Inflasi September, Terkerek Sentimen Harga Minyak hingga Pelemahan Rupiah
ILUSTRASI. Proyeksi Inflasi: Warga membeli bbm subsidi di sebuah SPBU di Depok. Jawa Barat,


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi domestik diperkirakan bisa kembali terkerek karena permasalahan ekonomi global. Permasalahan tersebut mulai dari melemahnya nilai tukar rupiah, meningkatnya harga minyak global, dan juga harga pangan.

Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, tiga permasalahan tersebut akan cenderung berdampak pada inflasi.

Menurutnya, kenaikan harga minyak dan harga pangan seperti beras dan minyak, akan meningkatkan inflasi dari sisi penawaran. Sementara melemahnya nilai tukar rupiah juga akan berdampak ke inflasi lewat exchange rate pass through.

Baca Juga: Harga BBM Non Subsidi Naik, Inflasi September 2023 Diperkirakan Sebesar 0,08% MoM

Dia mengungkapkan, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penanganan yang berbeda. Seperti dalam menangani inflasi dari sisi penawaran, Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas yang menjaga stabilitas inflasi, tidak dapat bekerja sendiri.

Maka dari itu diperlukan adanya sinergi BI bersama Pemerintah, seperti memperkuat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)  untuk menurunkan inflasi pangan.

“Selain itu, untuk kenaikan harga minyak, Pemerintah perlu memiliki ruang APBN yang lebih besar terkait dengan subsidi untuk mengatasi kenaikan harga minyak,” tutur Banjaran kepada Kontan.co.id, Minggu (1/10).

Sementara itu, terkait dengan nilai tukar rupiah, Banjaran menilai melemahnya nilai tukar rupiah ini akan berdampak pada ketidakpastian pasar keuangan global dan fragmentasi kebijakan suku bunga yang mendorong perbedaan suku bunga antara negara maju dan berkembang yang menyempit.

Kemudian terkait dampak ke inflasinya, saat ini Indeks Harga Impor tercatat masih rendah, atau pada Agustus 2023 sebesar 1,6% year on year (YoY). Maka dari itu, Banjaran menyarankan agar ke depan, pemerintah perlu terus memonitor terkait Indeks Harga Impor tersebut.

“Dampak terhadap inflasi ini diperkirakan tidak akan langsung dirasakan saat ini, tapi ada lag. Untuk dalam waktu dekat, inflasi menurut consensus forecast diperkirakan masih terkendali di rentang 2,2% - 2,5%,” jelasnya.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG Untuk Perdagangan Senin (2/10)

Sementara itu, lanjutnya, dampak lain yang akan dirasakan dari melemahnya nilai tukar akan lebih terasa di pasar keuangannya.

Oleh karena itu, upaya stabilitas nilai tukar Rupiah perlu terus dilakukan, antara lain melalui beberapa instrumen untuk menarik inflow seperti SRBI (Sekuritas Rupiah BI), Local Currency Settlement (LCS), dan Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE).

“Sementara itu dampaknya belum terasa ke perekonomian karena secara fundamental, perekonomian kita saat ini masih cukup kuat,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×