kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga BBM Non Subsidi Naik, Inflasi September 2023 Diperkirakan Sebesar 0,08% MoM


Minggu, 01 Oktober 2023 / 20:32 WIB
Harga BBM Non Subsidi Naik, Inflasi September 2023 Diperkirakan Sebesar 0,08% MoM
ILUSTRASI. Pelayanan pelanggan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU) milik PT Pertamina di Jakarta, Kamis (11/5). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Konsumen (IHK) diyakini akan kembali mencatat inflasi, setelah pada Agustus 2023 mengalami deflasi sebesar 0,02% secara bulanan (MoM).

Dari hitungan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, inflasi IHK September 2023 akan sebesar 0,08% MoM.

Josua bilang, inflasi pada bulan lalu didorong oleh adanya penyesuaian hagra bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi.

Baca Juga: Pergerakan Rupiah Senin (2/10) Masih Disetir Faktor Eksternal

"Sebagai respon terhadap kenaikan harga minyak dunia," terang Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (1/10).

Selain kenaikan harga BBM, Josua juga melihat kenaikan biaya pendidikan dan harga beras dan gula juga mendorong inflasi September 2023.

Meski demikian, bila melihat secara tahunan atau year on year (YoY), inflasi pada September 2023 diperkirakan sebesar 2,16% yoy atau menurun dari tingkat inflasi Agustus 2023 yang sebesar 3,27% YoY.

Kata Josua, penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh faktor basis tinggi. Di mana pada September 2022, inflasi meroket karena kenaikan harga BBM bersubsidi dan non subsidi.

Baca Juga: Tahun Depan, Inflasi Diprediksi Lebih Tinggi dari Tahun Ini

Pada akhir tahun 2023, Josua pun memperkirakan inflasi akan bergerak di kisaran 2,60% YoY atau berada dalam kisaran sasaran BI yang sebesar 2% YoY plus minus 1%.

Meski demikian, Josua mewanti-wanti agar Indonesia waspada dengan risiko yang bisa mendorong kenaikan inflasi.

"Seperti adanya el nino dan peristiwa cuaca ekstrem yang dapat memberi tekanan pada inflasi pangan," tandas Josua. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×