Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di sepanjang tahun 2020 mencetak surplus, melanjutkan tren surplus pada tahun sebelumnya.
Bank Indonesia (BI) mencatat, surplus NPI di sepanjang tahun 2020 sebesar US$ 2,6 miliar. Meski surplus, ini lebih kecil dari surplus NPI di sepanjang tahun 2019 yang sebesar US$ 4,7 miliar.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat, surplus NPI masih akan berlanjut di sepanjang tahun 2021. Bahkan, bisa lebih tinggi.
“Didukung oleh CAD yang terkelola, arus modal asing yang deras untuk masuk ke pasar keuangan domestik, dan ini akan menopang cadangan devisa sehingga nilai tukar rupiah lebih stabil ke depan,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Jumat (19/2).
Baca Juga: Neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV-2020 defisit US$ 0,2 miliar
Terperinci, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di sepanjang tahun 2021 diperkirakan akan melebar, seiring dengan peningkatan permintaan dan pemulihan ekonomi domestik.
Faisal memperkirakan, CAD di sepanjang tahun 2021 akan melebar ke 1,88% dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau lebih lebar dari 0,4% PDB pada tahun 2020.
“Meski memang melebar, tetapi ini lebih sempit daripada tingkat rata-rata 5 tahun pra pandemi yang sebesar 2,22% PDB,” jelas Faisal.
Surplus neraca perdagangan diperkirakan masih akan bertahan di paruh pertama tahu ini, berkat kinerja ekspor yang solid didukung oleh harga komoditas utama yang lebih tinggi dan progres pemulihan ekonomi global.
Baru, pada semester II-2021, impor akan menyusul ketertinggalan, seiring dengan percepatan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh penguatan konsumsi dalam negeri dan peningkatan kegiatan investasi.
Baca Juga: Defisit transaksi berjalan RI 2020 menyempit 0,4% dari PDB
Kegiatan investasi yang lebih tinggi ini akan mendorong pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal. Namun, ini juga dengan asumsi bahwa pembatasan kegiatan masyarakat telah dilonggarkan.
Meski CAD melebar, penyumbang surplus NPI nanti akan datang dari transaksi modal dan finansial di tahun 2021. Ia optimistis, transaksi modal dan finansial akan mencatat surplus yang lebih tinggi.
Ini seiring dengan kembali normalnya aliran masuk modal asing ke investasi portofolio, baik ke pasar obligasi maupun ke pasar saham.
Faktor utama yang menyebabkan masuk kembalinya investasi asing adalah manajemen risiko fiskal yang baik, perbedaan suku bunga yang masih menarik selama global dalam tren moneter yang longgar, inflasi yang rendah, serta nilai tukar rupiah yang stabil di tengah aliran likuiditas global.
“Terlebih, penerapan Undang-Undang Cipta Kerja termasuk pembentukan Indonesia Investment Authority (INA) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI), dapat memperkuat aliran masuk investasi asing langsung,” tandas Faisal.
Selanjutnya: Kuartal IV-2020, rasio utang luar negeri Indonesia nyaris sentuh 40% dari PDB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News