kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.197   56,12   0,79%
  • KOMPAS100 1.107   11,64   1,06%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   0,95   0,43%
  • IDX30 449   6,34   1,43%
  • IDXHIDIV20 540   5,67   1,06%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,44   0,32%
  • IDXQ30 149   1,61   1,09%

Produktivitas Tenaga Kerja Harus Dipacu di Tengah Kelesuan Ekonomi


Senin, 05 Agustus 2024 / 05:45 WIB
Produktivitas Tenaga Kerja Harus Dipacu di Tengah Kelesuan Ekonomi
ILUSTRASI. Foto udara aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Kendari New Port, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (16/7/2024). Perjalanan Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi dinilai masih sangat panjang.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perjalanan Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi dinilai masih sangat panjang. Hal ini mengingat pertumbuhan Pendapatan Nasional Bruto (GNI) per kapita yang tumbuh lambat.

Pada tahun 2013, GNI per kapita Indonesia mencapai US$ 3.710, dan tahun 2023 hanya US$ 4.870, atau tumbuh riil 2.75% per tahun. Oleh karenanya, pemerintah dinilai perlu untuk menggenjot produktivitas perekonomian agar GNI per kapita tumbuh melesat.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan GNI per kapita Indonesia yang cenderung melambat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi yang melemah.

Baca Juga: Ekonomi Lesu, Pemerintah Perlu Genjot Produktivitas Tenaga Kerja

Dalam hitungannya, rata-rata pertumbuhan ekonomi riil pada periode 2004-2014 tercatat 5,7% per tahun, sementara pertumbuhan ekonomi riil pada periode 2014-2023 tercatat 4,2% per tahun. 

Hal tersebut dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global, volatilitas harga komoditas, perubahan kebijakan perdagangan internasional serta krisis pandemi beberapa waktu lalu.

Selain perlambatan ekonomi, terdapat perubahan dalam struktur ekonomi, seperti pergeseran dari sektor pertanian dan manufaktur ke sektor jasa yang juga mempengaruhi laju pertumbuhan GNI per kapita. 

Baca Juga: Penyebab Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Turun Meski Pengangguran Berkurang

"Sektor jasa cenderung tidak menciptakan lapangan kerja sebanyak sektor manufaktur, atau mungkin menawarkan gaji yang lebih rendah," kata Josua kepada Kontan, Minggu (4/8).

Kemudian, terdapat ketimpangan pendapatan antar daerah di Indonesia mengingat beberapa daerah mengalami pertumbuhan yang tinggi, sementara daerah lain cenderung di bawah pertumbuhan nasional, yang pada akhirnya mempengaruhi rata-rata nasional.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×