kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penyebab Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Turun Meski Pengangguran Berkurang


Senin, 29 Juli 2024 / 16:25 WIB
Penyebab Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Turun Meski Pengangguran Berkurang
Sejumlah pekerja menyebrang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (16/4/2024). Mayoritas masyarakat Indonesia bekerja di sektor informal membuat produktivitas turun meski pengangguran berkurang.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Produktivitas tenaga kerja Indonesia terpantau menurun meski tingkat pengangguran hingga Februari 2024 tercatat menurun atau terendah sepanjang Presiden Joko Widodo menjabat.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyampaikan, produktivitas tenaga kerja Indonesia menurun lantaran mayoritas masyarakat bekerja di sektor informal.

Melansir situs Badan Pusat Statistik (BPS), pekerja informal artinya yang berstatus berusaha sendiri dan pekerja bebas di sektor pertanian dan non-pertanian. Contoh pekerja informal:  pedagang kaki lima, sopir angkot, dan tukang becak. 

Baca Juga: Wall Street Menguat Meski Data Tenaga Kerja Lebih Kuat Ketimbang Prediksi

“Sebenarnya tingkat  pengangguran sudah sangat baik, namun yang jadi masalah kualitas pekerjaan produktivitas dan potensi penghasilan pekerja,” tutur Shinta dalam agenda Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, Senin (29/7).

Penghasilan pekerja di sektor informal yang rendah, menyebabkan daya beli masyarakat  khususnya kelas menengah bawah mengalami penurunan. Hal ini tentunya akan berbahaya bagi prospek pertumbuhan ekonomi yang masih ditopang daya beli masyarakat.

Di samping itu, Shinta juga menyoroti terkait tren pekerja penuh waktu yang mengalami penurunan. Ia mencatat, tren pekerja penuh waktu pada Februari 2024 hanya mencapai 65,60% turun dari periode sama tahun lalu sebesar 66,48%, atau menjadi rendah sejak pandemi Covid-19.

“Kemudian, tingkat setengah pengangguran juga meningkat  yakni 8,52% pada Februari 2024, naik dari Februari 2023 sebesar 6,91%,” ungkapnya.

Baca Juga: Pemerintah Perlu Tingkatkan Serapan Tenaga Kerja dari Investasi yang Masuk

Lebih lanjut, Shinta juga menyampaikan, pemerintah perlu memperhatikan rasio pekerja di sektor informal yang masih lebih tinggi dibandingkan pra pandemi.

Ia mencatat, pekerja sektor informal ternyata masih tinggi bila dibandingkan pekerja di sektor formal. Pada Februari 2024 pekerja di sektor informasi tercatat sebesar 59,17%, lebih tinggi bila dibandingkan pekerja di sektor formal yang hanya mencapai 40,83%.

“Data-data tersebut jelas mengindikasikan bahwa tingkat produktivitas pekerja  yang cenderung lebih rendah dan berpotensi menekan ekonomi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×