Reporter: Noverius Laoli | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Pengembangan perikanan budidaya laut (marikultur) menjadi salah satu fokus Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sebab pengembangan budidaya marikultur merupakan bagian dari pembangunan menjadikan Indonesia poros maritim dunia.
Potensi lahan marikultur yang mencapai 4,58 juta hektare (ha) di seluruh Indonesia ini berpotensi memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Pasalnya, komoditas marikultur merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena berorientasi ekspor dan banyak diminati oleh pasar luar negeri yang masih sangat terbuka lebar.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Slamet Soebjakto, produksi perikanan budidaya dari marikultur selama kuran waktu 2010-2014 mengalami peningkatan sekitar 27,6% per tahun. Produksi terbesar disumbangkan rumput laut hingga 60% kemudian menyusul kakap dan kerapu.
Rumput laut merupakan budidaya yang mudah diproduksi dan berbiaya murah. Selain itu, budidaya rumput laut yang mudah membuka pelaung usaha dan membutuhkan tenaga kerja sehingga memberikan pekerjaan bagi masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di pesisir pantai.
Slamet menjelaskan bahwa budidaya rumput laut merupakan salah satu usaha budidaya yang dapat dijadikan contoh riil dari kebijakan tersebut. Sebab budidaya rumput laut merupakan usaha budidaya yang tidak menimbulkan pencemaran, tidak perlu pakan dan obat, serta menggunakan teknologi yang sederhana. Sehingga biaya produksinya murah. "Itulah sebabnya, kita terus mendorong pengembangan budidaya rumput laut dan pengolahannya dalam negeri," ujar Slamet kepada KONTAN, Senin (25/5).
Dalam pengembangan usaha marikultur ini, DJPB fokus mengembangkan komoditas kakap, kerapu dan bawal bintang. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan pembuatan Demonstration Farm (Demfarm) yang dilakukan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung di Kepulautan Seribu, Jakarta. Di sini merupakan satu lokasi demfarm disamping lokasi lainnya di Lampung yakni di Pesawaran dan Lampung Selatan serta Banten.
Khusus untuk di Kep. Seribu nilai, Slamet bilang telah memberikan bantuan dalam rangka demfarm ini senilai Rp. 1,3 miliar yang di serahkan kepada Unit Pengembangan Budidaya Laut dan Sea Farming. DJPB mengharapkan, melalui demfarm ini, minat untuk melakukan usaha marikultur meningkat sehingga mampu mendorong peningkatan produksi marikultur nasional.
Menurut Slamet untuk mengembangkan marikultur perlu dilakukan zonasi. Ke depan, rumput laut akan dikembangkan untuk wilayah garis pantai sampai dengan 4 mil. Sedangkan untuk wilayah di atas 4 mil dapat dikembangkan budidaya laut dengan menggunakan Karamba Jaring Apung (KJA) dengan komoditas yang disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing seperti Kakap, Kerapu, Bawal Bintang, Abalone atau bahkan Tuna.
Untuk mengembangkan marikultur selain rumput laut, dibutuhkan peningkatan dan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana ini harus yang ramah lingkungan, mudah dan murah untuk didapatkan. Untuk ketersediaan sarana dan prasarana tersebut Slamet berjanji bahwa DJPB akan terus berupaya membantu para pembudidaya dalam memperolehnya dan sekaligus menyediakan teknologinya.
Kepala Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, Tatie Sri Paryanti mengatakan BBPBL Lampung akan terus mencari teknologi yang mampu meningkatkan efektifitas usaha marikultur baik itu pakan, wadah maupun induk atau benih yang mampu tumbuh lebih cepat dan tahan penyakit. Tatie bilang saat ini dilakukan penebaran benih kerapu macan sebanyak 8.000 ekor dan bawal bintang 24.000, untuk dua lokasi di Pulau Panggang.
Apabila ini berhasil maka, dapat dikembangkan di Pulau-pulau lain yang terpencil atau di wilayah perbatasan, sekaligus untuk melindungi kedaulatan bangsa. Menurut Tatie, pihaknya mengembangkan beberapa komoditas marikultur di balai yang dikelolahnya, dan kemudian saat sudah berukuran 5 sentimeter hingga 10 cm akan disebarkan kepada para pembudidaya di seluruh Indoensia untuk dijadikan Indukan di kolah mereka, yang kemudian dibudidayakan untuk menghasilkan benih baru. "Jadi nantinya, mereka mendapatkan pasokan indukan untuk menghasilkan benih yang berkualitas," ujar Tatie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News