Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi industri manufaktur di kuartal kedua tahun ini tumbuh melambat. Tak hanya pada produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS), perlambatan tersebut juga terjadi pada produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, IBS kuartal kedua tahun ini tumbuh 4,36% year on year (yoy), melambat dibanding kuartal sebelumnya yang tercatat tumbuh 5,36%. Pelambatan ini juga sama dengan pola di tahun 2017, yakni produksi IBS kuartal kedua melambat dibanding kuartal sebelumnya.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, beberapa jenis-jenis IBS yang mencatat pertumbuhan tertinggi di kuartal kedua tahun ini, yaitu industri kulit dan alas kaki yang naik 27,73%, industri karet, barang dari karet dan plastik yang naik 17,28%, dan industri minuman yang naik 15,41%.
"Jadi permintaan dari luar untuk produk kulit dan barang dari kulit tampaknya memacu produksi sehingga tumbuh 27,73%. Tetapi share-nya kecil, hanya 1,59%," kata Suhariyanto, Rabu (1/8). Sementara IBS yang berkontribusi besar, yaitu industri makanan dan minuman hanya tumbuh 8,6%.
Sayangnya, beberapa jenis IBS juga ada yang menurun, seperti jasa reparasi dan pemasangan mesin dan perlatan yang turun 11,37%, industri komputer, barang elektronik dan optik yang turun 8,84%, dan industri bahan kimia dan barang dari kimia turun 4,94%.
Sementara itu, BPS mencatat IMK kuartal kedua 2018 tumbuh 4,93% melambat dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,25%. Pelambatan IMK ini juga mengikuti pola tahun sebelumnya.
Suhariyanto menyebut, di kuartal kedua tahun ini IMK yang tumbuh tertinggi terjadi pada industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang naik 25,55%, industri percetakan dan reproduksi media rekaman naik 24,42%, dan industri logam dasar yang naik 22,7%.
Sedangkan IMK kuartal II-2018 yang tercatat terkontraksi, yaitu industri pengolahan tembakau turun 57,28%, industri mesin dan perlengkapan turun 17,43%, dan industri kertas dan barang dari kertas yang turun 7,8%.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Habibullah mengatakan, secara umum perlambatan produksi manufaktur disebabkan oleh adanya masa libur yang panjang di kuartal kedua tahun ini. Namun, penurunan produksi manufaktur juga dipengaruhi oleh kurs. Utamanya, penurunan yang terjadi pada IBS jenis industri bahan kimia dan barang dari kimia. "Bahan kimia dia impor kontennya tinggi dan ada pengaruh kurs juga. Kalau impor tinggi dia turunkan produksi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News