Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mengungkapkan kekhawatiran terhadap rencana program susu gratis yang diusung oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Ketua Umum Gapmmi, Andhi Lukman, program itu berpotensi mengandalkan impor susu akibat penyerapan produksi lokal yang belum memadai.
"Saat ini, produksi susu lokal sudah mampu mencukupi 100 persen kebutuhan dalam negeri, namun masih belum optimal," ujar Adhi Lukman dalam kepada wartawan, Senin (22/7).
Adhi menjelaskan di Indonesia tantangan utama terletak pada produktivitas peternak yang terbatas, dengan rata-rata hanya mencapai 12-15 liter per hari. Berbeda jauh dengan negara-negara seperti Australia atau Eropa yang bisa mencapai 40 liter -50 liter per hari.
"Karena Indonesia itu termasuk negara tropis yang tidak punya lapangan yang luas dan negara tropis," ungkapnya
Baca Juga: Analis Sebut Indofood CBP (ICBP) Akan Terima Manfaat dari Program Makan Siang Gratis
"Kalau di Australia di Eropa itu produktivitasnya per hari itu bisa 40-50 liter, di sini rata-rata peternak itu sekitar 12 liter -15 liter, perusahaan yang sudah cukup besar kayak Greefields dan sebagainya bisa sekitar 20 liter -25 liter, gak ada yang 30 liter, masih mendingan lah," sambungnya.
Ia menekankan bahwa sebagian besar peternak di Indonesia adalah peternak rakyat dengan produktivitas rendah, yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca tropis yang tidak selalu mendukung.
"Kami menghadapi kesulitan dalam menciptakan inovasi pada pengelolaan pakan, seleksi bibit sapi perah unggul, dan manajemen ternak yang efektif," tambahnya.
"Tantangan ini menunjukkan perlunya luasnya lahan, inovasi dalam pengelolaan pakan, penggunaan bibit unggul sapi perah, serta manajemen ternak yang lebih baik," paparnya.
Baca Juga: Wejangan Lembaga Internasional Bagi Program Ekonomi Prabowo-Gibran
Menanggapi rencana pengadaan sapi dalam program ini, Lukman menjelaskan bahwa beberapa produsen anggota GAPMMI diminta untuk turut serta mendukungnya, namun mengakui bahwa hal ini tidak dapat dilakukan secara instan.
"Proses pengadaan sapi melibatkan berbagai aspek yang memerlukan persiapan matang, terutama dalam kerja sama dengan peternak lokal," tambahnya.
Lukman menegaskan bahwa impor susu mungkin menjadi solusi sementara, sambil pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki infrastruktur dasar yang mendukung peningkatan produksi susu lokal.
"Sementara menurut saya mau tidak mau (impor semua) sambil membenahi dihulunya. Pengadaan sapi bekerja sama dengan peternak, itu kan banyak yang harus dibahas," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News