kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.444.000   1.000   0,07%
  • USD/IDR 15.340   65,00   0,42%
  • IDX 7.832   19,65   0,25%
  • KOMPAS100 1.193   8,54   0,72%
  • LQ45 967   7,57   0,79%
  • ISSI 228   1,17   0,52%
  • IDX30 493   4,42   0,90%
  • IDXHIDIV20 594   3,60   0,61%
  • IDX80 136   1,13   0,84%
  • IDXV30 139   0,76   0,55%
  • IDXQ30 165   1,38   0,84%

Produksi Lokal Belum Optimal, Gapmmi Sebut Program Susu Gratis Bakal Dipenuhi Impor


Selasa, 23 Juli 2024 / 10:27 WIB
Produksi Lokal Belum Optimal, Gapmmi Sebut Program Susu Gratis Bakal Dipenuhi Impor
ILUSTRASI. Ketua Umum GAPMMI Adhi Lukman di Jakarta, Selasa (30/8).


Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mengungkapkan kekhawatiran terhadap rencana program susu gratis yang diusung oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Menurut Ketua Umum Gapmmi, Andhi Lukman, program itu berpotensi mengandalkan impor susu akibat penyerapan produksi lokal yang belum memadai.

"Saat ini, produksi susu lokal sudah mampu mencukupi 100 persen kebutuhan dalam negeri, namun masih belum optimal," ujar Adhi Lukman dalam kepada wartawan, Senin (22/7).

Adhi menjelaskan di Indonesia tantangan utama terletak pada produktivitas peternak yang terbatas, dengan rata-rata hanya mencapai 12-15 liter per hari. Berbeda jauh dengan negara-negara seperti Australia atau Eropa yang bisa mencapai 40 liter -50 liter per hari.

"Karena Indonesia itu termasuk negara tropis yang tidak punya lapangan yang luas dan negara tropis," ungkapnya

Baca Juga: Analis Sebut Indofood CBP (ICBP) Akan Terima Manfaat dari Program Makan Siang Gratis

"Kalau di Australia di Eropa itu produktivitasnya per hari itu bisa 40-50 liter, di sini rata-rata peternak itu sekitar 12 liter -15 liter, perusahaan yang sudah cukup besar kayak Greefields dan sebagainya bisa sekitar 20 liter -25 liter, gak ada yang 30 liter, masih mendingan lah," sambungnya.

Ia menekankan bahwa sebagian besar peternak di Indonesia adalah peternak rakyat dengan produktivitas rendah, yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca tropis yang tidak selalu mendukung. 

"Kami menghadapi kesulitan dalam menciptakan inovasi pada pengelolaan pakan, seleksi bibit sapi perah unggul, dan manajemen ternak yang efektif," tambahnya.

Lebih lanjut, Adhi mengingatkan bahwa Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain seperti China, yang mampu menjaga produktivitas tinggi dengan inovasi dalam penggunaan pakan yang disesuaikan dengan musim. 

"Tantangan ini menunjukkan perlunya luasnya lahan, inovasi dalam pengelolaan pakan, penggunaan bibit unggul sapi perah, serta manajemen ternak yang lebih baik," paparnya.

Baca Juga: Wejangan Lembaga Internasional Bagi Program Ekonomi Prabowo-Gibran

Menanggapi rencana pengadaan sapi dalam program ini, Lukman menjelaskan bahwa beberapa produsen anggota GAPMMI diminta untuk turut serta mendukungnya, namun mengakui bahwa hal ini tidak dapat dilakukan secara instan. 

"Proses pengadaan sapi melibatkan berbagai aspek yang memerlukan persiapan matang, terutama dalam kerja sama dengan peternak lokal," tambahnya.

Lukman menegaskan bahwa impor susu mungkin menjadi solusi sementara, sambil pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki infrastruktur dasar yang mendukung peningkatan produksi susu lokal.

"Sementara menurut saya mau tidak mau (impor semua) sambil membenahi dihulunya. Pengadaan sapi bekerja sama dengan peternak, itu kan banyak yang harus dibahas," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×