Sumber: BBC | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia sepertinya harus memperhatikan betul rencana pemindahan ib ukota baru di sekitar Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Lantaran ada laporan dari tim peneliti dari Inggris dan Indonesiaa bahwa wilayah calon ibu kota baru termasuk juga di wilayah Kalimantan lainnya, punya potensi risiko tsunami.
Rupanya para peneliti ini sudah memetakan adanya bukti pernah terjadi kejadian tanah longsor dahsyat di dasar laut Selat Makassar yang menjadi penghubung Kalimantan dan Sulawesi. Sayangnya, tim peneliti tidak merinci waktu kejadian tanah longsong tersebut, tapi disebut sebagai tanah longsor purba.
Nah, yang ditakutkan peneliti yang salah satunya berasal dari Inggris ini adalah, jika kejadian tanah longsor di dasar laut Selat Makassar terulang kembali, maka bisa mengakibatkan tsunami dahsyat yang bisa menggenangi wilayah di Teluk Balikpapan, areal yang berdekatan dengan calon ibukota baru.
Baca Juga: Negara-negara ini menyatakan serius berinvestasi ke ibukota baru
Namun tim peneliti ini berharap publik tidak bereaksi berlebihan. “Kami masih memiliki banyak pekerjaan untuk menilai situasi dengan lebih tepat. Tapi ini bisa menjadi perhatian pemerintah Indonesia,” kata Uisdean Nicholson dari Heriot-Watt University, Inggris.
Baca Juga: Banyak investor minat, pemerintah siapkan tiga skema pendanaan ibukota baru
Sejauh ini, tim peneliti tersebut memakai data seismik untuk menyelidiki sedimen dan strukturnya di dasar laut Makassar. Hasil dari survei dan penelitian itu mengungkapkan adanya 19 zona berbeda
Baca Juga: Gara-gara Virus Corona, Mega Proyek Infrastruktur Terancam Mangkrak
Survei tersebut mengungkapkan ada 19 zona berbeda di sepanjang selat tempat lumpur, pasir, dan lanau jatuh ke lereng yang lebih dalam. Dari beberapa gambar yang didapat dari hasil penelitian terungkap ada ratusan kilometer kubik material di dasar laut dan material ini bisa mengganggu dasar laut dan menghasilkan gelombang besar ke permukaan laut. “Adanya tanah longsong (mass transport deposit atau MTD), sangat mudah dikenali di data seismik,” tutur Rachel Brackenridge dari Universitas Aberdeen, sekaligus sebagai penulis utama dalam laporan penelitian tersebut.
Adapun gumpalan material besar ini mengalir melalui saluran dengan kedalaman 3.000 meter di dasar laut menuju Selat Makassar. Material ini juga sebagian besar ada di delta sebelah selatan Sungai Mahakam. Catatan saja sungai Mahakam saban tahun menghasilkan jutaan meterk kubik sedimen.
Dengan situasi tersebut, tim menilai bahwa sedimen dari sungai Mahakam tersebut dibuang ke lautan dangkal. Dari dasar laut sedimen tersebut terbawa dan jatuh ke laut dalam di Selat Makassar. Lantas tumpukan sedimen curam yang terjadi dari waktu ke waktu akhirnya runtuh ke lereng yang bisa jadi dipicu oleh gempa bumi setempat.
Sejauh ini tim peneliti belum bisa memastikan kapan tsunami purba terjadi di wilayah tersebut. Tapi perkiraannya adalah pada 2,6 juta tahun terakhir.
Untuk lebih memastikan hasil tersebut, tim peneliti ini berencana mengunjungi daerah pesisisr Kalimantan untuk mencari bukti fisik dari tsunami purba yang pernah terjadi serta berupaya mencari model gelombang yang bisa mencapai garis pantai.
Ben Sapiie, peneliti dari Institut Teknologi Bandung dan salah satu dari tim peneliti tersebut mengatakan bahwa penelitian ini bisa memperkaya pengetahuan masyarakat geologi dan geofisika Indonesia tentang bahaya sedimentasi dan tanah longsor di Selat Makassar. “Masa depan penelitian ilmu bumi adalah menggunakan pendekatan multi disiplin ilmu yang terintegrasi dan berkolaborasi dengan ilmuan internasional,” katanya.
Indonesia mengalami dua peristiwa tsunami besar di 2018. Yakni ketika sisi gunung berapi Anak Krakatau runtuh dan longsor di lereng Teluk Palu, Sulawesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News