Sumber: BBC | Editor: Markus Sumartomjon
Adapun gumpalan material besar ini mengalir melalui saluran dengan kedalaman 3.000 meter di dasar laut menuju Selat Makassar. Material ini juga sebagian besar ada di delta sebelah selatan Sungai Mahakam. Catatan saja sungai Mahakam saban tahun menghasilkan jutaan meterk kubik sedimen.
Dengan situasi tersebut, tim menilai bahwa sedimen dari sungai Mahakam tersebut dibuang ke lautan dangkal. Dari dasar laut sedimen tersebut terbawa dan jatuh ke laut dalam di Selat Makassar. Lantas tumpukan sedimen curam yang terjadi dari waktu ke waktu akhirnya runtuh ke lereng yang bisa jadi dipicu oleh gempa bumi setempat.
Sejauh ini tim peneliti belum bisa memastikan kapan tsunami purba terjadi di wilayah tersebut. Tapi perkiraannya adalah pada 2,6 juta tahun terakhir.
Untuk lebih memastikan hasil tersebut, tim peneliti ini berencana mengunjungi daerah pesisisr Kalimantan untuk mencari bukti fisik dari tsunami purba yang pernah terjadi serta berupaya mencari model gelombang yang bisa mencapai garis pantai.
Ben Sapiie, peneliti dari Institut Teknologi Bandung dan salah satu dari tim peneliti tersebut mengatakan bahwa penelitian ini bisa memperkaya pengetahuan masyarakat geologi dan geofisika Indonesia tentang bahaya sedimentasi dan tanah longsor di Selat Makassar. “Masa depan penelitian ilmu bumi adalah menggunakan pendekatan multi disiplin ilmu yang terintegrasi dan berkolaborasi dengan ilmuan internasional,” katanya.
Indonesia mengalami dua peristiwa tsunami besar di 2018. Yakni ketika sisi gunung berapi Anak Krakatau runtuh dan longsor di lereng Teluk Palu, Sulawesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News