Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir September 2019 merosot. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadev pada akhir bulan tersebut turun sebesar US$ 2,1 miliar menjadi US$ 124,2 miliar.
Lalu, apakah penurunan cadev tersebut sebagai indikasi kinerja ekspor yang masih lemah?
Baca Juga: Benarkah penerimaan pajak baru mencapai Rp 912 triliun hingga 7 Oktober?
Menurut Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, penurunan cadev pada September 2019 tidak serta merta dipengaruhi oleh lesunya kegiatan ekspor di bulan tersebut.
"Devisa kita turun pada September lebih banyak digunakan untuk membayar utang Luar Negeri (LN) pemerintah. Murni karena siklus saja, karena biasanya di akhir kuartal pemerintah bayar utang," ujar Lana saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (8/10).
Lana juga menambahkan, biasanya pemerintah membayar utang dan menerbitkan utang baru. Karena penerbitan utang dalam dolar itu juga akan menyumbang cadangan devisa.
Hanya saja, untuk bulan tersebut Pemerintah tidak melakukannya. Ini yang akhirnya menyebabkan cadev pada September 2019 tergerus.
Baca Juga: Sepatu impor Vietnam mengancam sepatu lokal, pelaku industri menyiapkan strategi
Meski begitu, andil ekspor memang ada, tetapi tidak besar. Hal ini juga disebabkan oleh pola devisa dari kegiatan ekspor impor yang tidak selalu masuk ke BI setelah melalui bank biasa.
"Hasil ekspor dari eksportir masuk ke bank. Kalau bank punya rupiah cukup, biasanya mereka tidak akan menukarkannya ke BI. Jadi sebenarnya kinerja ekspor tidak berdampak terlalu masif terhadap kondisi cadev," kata Lana.