kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pohon-pohon di Borobudur tumbang tak kuat menahan beban abu


Jumat, 05 November 2010 / 14:14 WIB
Pohon-pohon di Borobudur tumbang tak kuat menahan beban abu
ILUSTRASI. Es Kepal Milo


Reporter: Hasbi Maulana, Cipta Wahyana | Editor: Hasbi Maulana

JAKARTA. Banyak orang tak menduga dampak letusan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan separah ini. Bukan cuma mengancam keselamatan jiwa dan harta benda penduduk yang tinggal di lerengnya, letusan merapi mulai mengancam orang-orang yang selama ini merasa aman dari empasan awan panas. Abu vulkanis mulai melumpuhkan sebagian aktivitas eknomi.

Ranang Aji Surya, aktivis kegiatan sosial asal Kabupaten Magelang menyampaikan kabar kepada KONTAN bahwa di Kecamatan Borobudur mulai muncul titk-titik pengungsian lokal. Para pengungsi bukan berasal dari kawasan lereng Merapi, melainkan dari desa-desa di sekitar candi terkenal itu. Padahal, asal Anda tahu, jarak Candi Borobudur dari puncak Merapi cukup jauh, yaitu sekitar 27.5 kilomoter (km) ke arah Barat Daya.

Hujan abu yang semula dianggap tak menimbulkan dampak kerusakan berarti, ternyata belakangan menunjukkan wajah aslinya. Pohon-pohon mulai bertumbangan tak tahan menahan beban abu yang menggumpal di daun-daun akibat bercampur air gerimis. Bukan cuma dahan-dahan pohon kayu keras yang patah, rumpun-rumpun bambu yang lebat pun tumbang. Akibatnya sebagian rumah penduduk rusak tertimpa pohon yang tumbang atau patah dahannya. "Ditambah kesulitan memperoleh air bersih dari sumur yang biasa mereka jadikan sumber air minum, sebagian penduduk memilih mengungsi bersama-sama," kata Ranang yang bercerita dari salah satu lokasi pengungsian di Kecamatan Borobudur.

Kisah serupa juga meluncur dari telepon seluler Suyono Rosa, pria berusia 67 tahun yang tinggal di Desa Kalinegoro, Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Pagi ini ketika bangun pagi dia mendapati pohon-pohon di sekitar rumah patah dahan atau tumbang. "Bahkan pohon-pohon pisang pun rubuh," kata dia. Salah satu rumah penduduk di dusun yang berlokasi kira-kira 27 km ke arah barat Merapi ini rusak karena tertimpa rumpun bambu yang jebol sampai akarnya. Hari ini (5/11) warga dusun beramai-ramai membersihkan jalanan desa yang karut marut oleh patahan dahan dan batang pohon. Akibat sebagian pohon tumbang menimpa kabel PLN, aliran listrik di daerah ini byar pet.

Mengancam aktivitas ekonomi

Dampak abu vulkanik serupa juga terjadi di Desa Banjarasri, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo. Sampai jam 11 siang tadi, langit di Pegunungan Menoreh yang berjarak sekitar 50 km arah Barat Daya Merapi ini gelap temaram. Hujan pasir lembut memaksa penduduk berhenti beraktivitas. "Kami hanya duduk-duduk di teras rumah," tutur Setyo Widihardjo, salah seorang warga setempat, melalui telepon seluler kepada KONTAN.

Sama seperti daerah lain yang terkena hujan abu vulkanik selama beberapa hari ini, pohon-pohon di daerah ini juga bertumbangan. Jalanan tertutup abu dan pasir setebal 2 cm. Sekolah-sekolah pun libur. begitu pula dengna pabrik-pabrik tenun bukan mesin yang beroperasi di daerah itu. Mereka meliburkan karyawannya. Di daerah ini, menurut Setyo, sebagian penduduk mengungsi di sekolah-sekolah karena takut rumah mereka roboh tak tahan menahan beban abu dan pasir. "Logistik mulai terbatas karena belum ada bantuan dari luar," tutur perempuan berusia 65 tahun ini.

Jika letusan Merapi tak segera berhenti, besar kemungkinan dampak bencana ini akan meluas ke daerah-daerah yang tak terkena risiko langsung letusan. Kalau dampak abu vulkanik menganggu kegiatan dan hasil pertanian yang menjadi sumber kehidupan banyak penduduk di kawasan-kawasan itu, bisa jadi dampak ekonomi secara luas bencana ini tak bisa disepelekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×