Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
Kedua, optimalisasi pengelolaan aset agar lebih produktif, antara lain dengan menerapkan Hightest and Best Use (HBU). Ketiga, peningkatan inovasi dan kualitas layanan pada satuan kerja dan Badan Layanan Umum (BLU) yang terjangkau, tersedia, dan berkesinambungan.
Keempat, optimalisasi penerimaan dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penataan, penyederhanaan, dan perbaikan perencanaan strategi BUMN serta mendorong efisiensi perusahaan pelat merah tersebut.
Kelima, penguatan tata kelola dan proses bisnis, penguatan pengawasan dan penguatan integrasi data. Keenam, penyempurnaan kebijakan penggalian potensi. Ketujuh, perluasan pemanfaatan teknologi informasi dalam sistem administrasi dan pengembangan layanan PNBP berbasis digital.
Baca Juga: Hingga April 2021 defisit APBN sebesar Rp 138,1 triliun, ini penyebabnya
Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho mengatakan PNBP migas seharusnya bisa digenjot. Meski berbagai dinamika global masih menghantui harga minyak.
Sebab, sejalan dengan proyeksi PNBP harga minyak mentah Indonesia diprediksi mencapai US$ 45-US$ 55 per barel di tahun depan. Angka tersebut setidaknya berpotensi lebih tinggi mengingat tahun ini harga minyak saat ini sudah tembus di level US$ 60 per barel, padahal asumsi harga minyak tahun ini sama dengan proyeksi tahun depan.
Artinya optimisme PNBP tumbuh pesat di tahun depan masih terbuka lebar. “Penerimaan PNBP migas masih dapat dioptimalkan sehingga bisa membantu penerimaan negara di tahun depan,” kata Luthfi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













