Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) membuka peluang untuk bergabung dengan Program Organisasi Penggerak (POP) tahun depan.
Sebelumnya PGRI memutuskan keluar dari program yang dirancang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tersebut. Salah satu alasan yang disampaikan adalah pengalihan dana POP untuk program lain yang lebih bermanfaat di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
"Tahun depan dilakukan rekruitmen baru dengan menerima usulan dari kami maka PGRI tentu saja dengan senang hati akan mempertimbangkan untuk ikut serta kembali dalam program ini," ujar Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (30/7).
Baca Juga: Usai Mendikbud minta maaf, Muhammadiyah masih timbang-timbang untuk balik gabung POP
Kemungkinan tersebut disampaikan dengan memperhatikan sejumlah masukan yang disampaikan PGRI. Salah satunya mengenai waktu pelaksanaan program.
Unifah bilang, POP pada tahun ini lebih baik tidak dilaksanakan. Sehingga dana lebih dari Rp 500 miliar bisa digunakan untuk membantu siswa, guru/honorer, penyedia infrastruktur di daerah khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) demi menunjang pembelajaran jarak jauh.
"Kami persilakan kementerian dengan kewenangannya melakukan evaluasi secara komperhensif," terang Unifah.
Evaluasi termasuk dalam konsep program, delivery, proses, serta rekruitmen dari POP. Unifah menekankan proses rekruitmen harus dilakukan secara transparan, independen, dan melihat rekam jejak peserta.
Asal tahu saja, sebelumnya dua organisasi besar yang tergabung dalam POP yakni Muhammadiyah dan PB Nahdlatul Ulama juga keluar dari program tersebut. Salah satu alasannya adalah tidak adanya transparansi dalam organisasi yang masuk pada program tersebut.
Baca Juga: Meski Nadiem Makarim sudah minta maaf, NU enggan kembali gabung POP
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News