kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Petani Temanggung berdemo tolak PP tembakau


Minggu, 13 Januari 2013 / 11:19 WIB
Petani Temanggung berdemo tolak PP tembakau
ILUSTRASI. Saparation Anxiety pada Anjing


Reporter: Agustinus Beo Da Costa |

TEMANGGUNG. Sekitar 4.000 petani tembakau dari Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah menggelar aksi membakar keranjang tembakau. Aksi yang dimulai pagi tadi adalah bentuk penolakan terhadap PP 109/2012 tentang Dampak Tembakau.

Ribuan petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Temanggung itu, menuntut pemerintah mencabut PP tersebut. Mereka menilai regulasi baru bagi industri dan petani tembakau itu akan menghancurkan kehidupan petani tembakau.

Para petani pun mendeklarasikan aksi pembangkangan sipil. Mereka membakar spanduk sosialisasi pilkada sebagai bentuk pembangkangan sipil.

"Petani tidak akan membayar pajak dan kami buktikan dengan membakar SPPT/surat pajak", ujar Koordinator APTI Temanggung, Agus Setiawan. Agus juga menandaskan bahwa anggota asosiasi tidak akan mengikuti segala bentuk hajatan demokrasi sampai pemerintah mau mengakomodir aspirasi mereka.

PP 109/2012 yang mengatur soal tembakau disahkan oleh Presiden SBY pada akhir Desember lalu. Pemerintah mengklaim regulasi itu untuk melindungi kesehatan masyarakat. Namun, isi regulasi itu mengatur industri rokok dari hulu hingga hilir, dengan aroma pembatasan yang ketat.

Salah satu isi regulasi itu kemudian mengarahkan petani untuk melakukan diversifikasi tanaman. "Sementara kehidupan kami dari tembakau, dan belum ada industri lain yang siap kalau kami mengalihkan tanaman. Lalu bagaimana nasib kami petani?", tutup Agus Setiawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×