kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,37   1,79   0.20%
  • EMAS1.357.000 -0,07%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan ekonomi & pendapatan menyusut


Selasa, 06 September 2016 / 14:05 WIB
Pertumbuhan ekonomi & pendapatan menyusut


Reporter: Asep Munazat Zatnika, Teodosius Domina | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Revisi target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini akan membawa konsekuensi fiskal yang cukup besar. Akibat revisi target pertumbuhan dari sebelumnya 5,2% dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2016 menjadi 5,1%, postur anggaran diperkirakan berubah.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Suahasil Nazara mengatakan, dampak langsung yang paling terasa dari revisi pertumbuhan ekonomi adalah di sisi penerimaan negara, terutama penerimaan negara perpajakan.

Namun, dia menyatakan, pemerintah sudah memiliki formula untuk melihat efek penurunan tersebut secara umum. Yaitu dengan melihat tingkat sensitivitas atas setiap perubahan asumsi makro terhadap postur anggaran yang sudah dituangkan dalam nota keuangan APBN-P 2016.

Formula tersebut menjelaskan bahwa setiap kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% akan membuat penerimaan perpajakan turun sebesar 1%-1,6% dari target sebelumnya.

Dalam APBN-P 2016, pemerintah menetapkan target penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.539,2 triliun. Dengan perkiraan adanya shortfall sebesar Rp 219 triliun, maka target itu kemudian direvisi menjadi Rp 1.320,2 triliun. Mengacu pada formula perubahan itu,  penerimaan perpajakan bisa turun lagi sekitar Rp 21,1 triliun atau 1,6% dari outlook.

Namun menurut Suahasil, penurunan penerimaan perpajakan belum tentu sebesar itu, sebab ada faktor lain yang mengkonversi. "Kita tunggu saja, akan disampaikan Menkeu," katanya, Senin (5/9).

Selain berdampak ke penerimaan negara, revisi target pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada belanja dan defisit. Dalam Nota Keuangan APBNP 2016,  sensitivitasi perubahan 0,1% pertumbuhan ekonomi akan mengubah target belanja 0,1% .

Sementara terhadap defisit, akan mendorong lebih lebar 1,6% dari nominal defisit pada outlook.  Namun Suahasil menegaskan defisit anggaran akan tetap dijaga tidak sampai lebih dari 3% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Tidak bisa dihindarkan

Seperti diketahui, proyeksi  ke bawah pertumbuhan ekonomi tahun ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pekan lalu. Proyeksi ke bawah ini dilakukan sebagai efek pemangkasan belanja pemerintah tahun ini sebesar Rp 137,65 triliun.

Dengan pemangkasan anggaran, maka terget pertumbuhan ekonomi dalam APBNP 2016 sebesar 5,2% sulit tercapai. Menurut Sri Mulyani, proyeksi itu merupakan review terhadap kondisi ekonomi terkini. "Hasilnya, diperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2016 ini hanya mencapai 5,1%," katanya.

Revisi ke bawah itu disebabkan ada beberapa komponen pembentuk pertumbuhan di bawah ekspektasi, seperti konsumsi pemerintah yang diperkirakan hanya tumbuh 3%.

Padahal dalam APBNP 2016 diperkirakan 4,8%. Begitupun konsumsi rumah tangga yang akan turun karena pemotongan belanja.

Pertumbuhan investasi yang ditandai dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto juga akan tumbuh di bawah ekspektasi. Menurut Menkeu, diperlukan pertumbuhan investasi hingga 11% untuk membuat ekonomi melonjak.

Selain itu beberapa sektor ekonomi yang mendorong investasi dinilai sudah over heating, sehingga tidak bisa tumbuh lebih besar.  

Direktur Institut Development of Economic and Finance (Indef) Enny Srihartati mengatakan, revisi target pertumbuhan ekonomi tidak bisa dihindarkan. Revisi pertumbuhan ekonomi harus dilakukan, untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×