kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan, pemerintah masih sulit turunkan ICOR


Jumat, 09 Agustus 2019 / 20:01 WIB
Pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan, pemerintah masih sulit turunkan ICOR


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Salah satu isu yang disasar pemerintah dalam melakukan transformasi ekonomi Indonesia ialah menurunkan incremental capital-output ratio alias ICOR yang masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain.  

ICOR merupakan salah satu parameter yang dapat menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara. Semakin kecil angka ICOR, biaya investasi yang harus dikeluarkan semakin efisien juga untuk menghasilkan output tertentu. 

Baca Juga: Simak 5 kebijakan yang menjadi pilar utama dalam transformasi ekonomi

Tahun 2014, ICO Indonesia tercatat sebesar 5.5. Angka tersebut lumayan tinggi dibandingkan Vietnam 5,2, India 4,9, Malaysia 4,6, Thailand 4,5,dan Filipina 3,7. 

Namun, di saat rata-rata negara Asia Tenggara mengalami penurunan ICOR ke kisaran 3-4, Indonesia justru mencatat ICOR lebih tinggi yaitu menyentuh 6,3 pada 2018. 

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, saat ini memang ICOR Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara sebaya seperti Vietnam dan India. 

“Hal ini menandakan bahwa investasi di Indonesia secara makro kurang efisien,” ujar dia, Jumat (9/8). 

Baca Juga: Kejar pertumbuhan lebih tinggi dan merata, Indonesia butuh transformasi ekonomi

Oleh karena itu, Darmin mengatakan diperlukan strategi konfigurasi investasi yang diarahkan untuk dapat menurunkan ICOR. Di antaranya melalui penurunan suku bunga riil, optimalisasi investasi sehingga return lebih cepat dan berorientasi ekspor, dan efisiensi produksi melalui pengembangan sumber energi murah.

Juga pengembangan SDM dan reformasi pasar ketenagakerjaan, serta digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi serta optimalisasi aset dan sumber daya. 

Investasi pada sektor non-infrastruktur, selanjutnya, akan difokuskan pada lima sektor industri prioritas yaitu makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, elektronik, otomotif, dan industri kimia. Kelima industri ini juga didorong sebagai industri berorientasi ekspor. 

Darmin melanjutkan, pemerintah juga mengembangkan industri lainnya seperti hilirisasi produk dan peningkatan nilai tambah pada sektor pertambangan, perkebunan, holtikultura, perikanan, dan kehutanan. 

Baca Juga: Investasi yang Lesu dan Pasar Global yang Suram Menahan Pertumbuhan Kuartal Kedua

“Berbagai rumusan strategi ini kita lakukan untuk menurunkan nilai ICOR Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat lebih tinggi,” tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×