Sumber: KONTAN | Editor: Tri Adi
JAKARTA. Hingga pertengahan Maret 2010, pemerintah telah mengantongi duit sebanyak Rp 60,4 triliun yang berasal dari utang, baik dari penerbitan surat berharga negara ataupun penarikan pinjaman luar negeri.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, utang dari penjualan obligasi pemerintah per 9 Maret lalu sebesar Rp 59,25 triliun. Ini berarti, sudah 33% dari target penerbitan surat utang bruto yang ditetapkan di APBN 2010 senilai total Rp 179,9 triliun.
Tapi, sebanyak Rp 15,17 triliun dari dana itu sudah dipakai untuk membeli kembali surat utang pemerintah yang jatuh tempo alias buy back. Dengan begitu, penerbitan obligasi negara netto mencapai Rp 44,08 triliun. Adapun utang dari pencairan pinjaman luar negeri, khususnya proyek, telah mencapai Rp 1,15 triliun dari target tahun ini sebanyak Rp 57,6 triliun. Jadi, "Total penarikan utang sudah sebesar Rp 60,40 triliun," terang Rahmat ke KONTAN, Senin (22/3).
Ketua Badan Anggaran DPR Harry Azhar Azis beranggapan, penarikan utang tersebut masih terlalu sedikit. "Kalau sampai tidak terealisasi semua, perlu dipertanyakan perencanaan utang dan konektivatas rencana anggaran dengan program yang tidak berjalan baik," ucap Anggota Fraksi Partai Golkar ini. Makanya, dia menambahkan, DPR akan melihat realisasi penyerapan utang pemerintah hingga semester pertama tahun ini.
Nota Keuangan dan Rancangan APBN Perubahan (RAPBN-P) 2010 menyebut, untuk memenuhi target pembiayaan dari utang tahun ini, pemerintah akan melakukan sejumlah langkah. Antara lain, mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari pasar domestik melalui penerbitan obligasi negara.
Kemudian, melakukan diversifikasi instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih cost efficient dan risiko minimal. Lalu, meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong financial deepening.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News