kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pertamina Perkirakan Konsumsi BBM Bersubsidi 2009 Melebihi Kuota APBN


Rabu, 31 Desember 2008 / 09:38 WIB
Pertamina Perkirakan Konsumsi BBM Bersubsidi 2009 Melebihi Kuota APBN


Reporter: Gentur Putro Jati |

JAKARTA. PT Pertamina (Persero) memperkirakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tahun depan akan melebihi angka konsumsi 2008.

"Untuk 2009 kita harapkan tidak ada keterlambatan pasokan yang menyebabkan kelangkaan BBM. Tapi kita prediksi ada peningkatan sekitar 4% sampai 5% konsumsi," ujar Direktur Utama Pertamina Ari Hernanto Soemarno, Selasa (30/12).

Perkiraan peningkatan konsumsi tersebut menurut Ari sudah dimasukkan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2009. Namun, angka pastinya masih harus melihat realisasi konsumsi BBM tahun ini.

Asal tahu saja kuota BBM bersubsidi dalam APBN 2008 ditetapkan sebesar 35,8 juta kiloliter yang terdiri dari premium 16,9 juta kiloliter, minyak tanah 7,9 juta kiloliter, dan solar 11 juta kiloliter. Sementara dalam APBN 2009 pemerintah bersama DPR menetapkan kuota BBM bersubsidi sebesar 36,85 juta kiloliter. Terdiri dari premium 19,44 juta kiloliter, minyak tanah 5,8 juta kiloliter, dan solar 11,61 juta kiloliter.

Sementara Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Purnomo Yusgiantoro menegaskan, pemerintah tetap akan mengumumkan harga baru BBM bersubsidi pada 15 Januari 2009 alias satu bulan pas setelah pengumuman penurunan harga yang terakhir.

"Logikanya memang premium dan solar sudah memasuki harga keekonomian, tetapi seberapa besar kita menurunkan harganya tergantung hasil pembahasan kabinet," ujarnya.

Purnomo hanya menandaskan, selama harga premium masih berada di bawah Rp 6.000 per liter dan solar Rp 5.500 per liter maka pemerintah tidak memberikan subsidi. Tetapi kalau ternyata dari hitung-hitungan harga minyak dunia, Indonesian Crude Price (ICP), serta nilai tukar membuat pemerintah harus menetapkan harga lebih tinggi dari dua harga patokan tersebut, maka pemerintah akan menggelontorkan subsidi sesuai selisih harga pastokan dengan harga jual ke masyarakat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×