Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari sebelumnya 3,5% menjadi menjadi 3,3% di tahun 2019. Kendati demikian, IMF masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan Indonesia. Tahun ini, Indonesia diproyeksi tumbuh 5,2%.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand juga diprediksi lebih rendah, yaitu 5,1% dari sebelumnya diprediksi 5,2% di tahun 2019.
Sejak Oktober 2018, IMF sudah dua kali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia seiring dengan berbagai tekanan yang menyelimuti seperti perang dagang, melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara ekonomi maju (advanced economies) seperti Amerika Serikat (AS), China, dan kawasan Euro, hingga tren harga komoditas yang melandai.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, hal tersebut menunjukkan kepercayaan IMF terhadap prospek Indonesia dan langkah-langkah kebijakan yang dilakukan pemerintah saat ini.
Terkait pelambatan ekonomi global, Iskandar tak menampik, akan memengaruhi perekonomian Indonesia. Terutama dari sisi ekspor karena terkait dengan permintaan global yang menurun. Namun, ia mengingatkan, pemerintah telah melakukan beragam kebijakan secara simultan untuk mengantisipasi risiko tersebut.
"Ini berarti IMF percaya dengan kebijakan simplifikasi ekspor, percepatan perizinan via OSS, pembangunan infrastruktur, pemberian tax holiday untuk industri pionir berorientasi ekspor dan substitusi impor, pendidikan dan pelatihan vokasi," kata Iskandar kepada Kontan.co.id, Rabu (10/4).
Selain itu, Indonesia juga memiliki berbagai perjanjian dagang dengan negara lain. Iskandar meyakini, kebijakan-kebijakan tersebut mampu mengatasi tekanan dari penurunan transaksi perdagangan dunia.
Di tengah risiko perlambatan ekonomi global, Indonesia juga mesti terus memberdayakan permintaan domestik untuk jangka pendek. Oleh karena itu, Iskandar bilang, pemerintah juga terus menggali potensi di dalam negeri.
"Kita sudah punya kebijakan B20, itu terus kita tingkatkan untuk mengurangi impor minyak sekaligus menyerap produksi sawit domestik," terangnya.
Pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga penting untuk membangun ketahanan ekonomi dari dalam negeri. Pasalnya, sektor ini mendominasi unit usaha yang menggerakkan perekonomian Indonesia.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, kontribusi UMKM terhadap PDB per akhir 2018 lalu mencapai 60,34%. UMKM juga menyumbang sekitar 15,7% dari total ekspor Indonesia.
Selain UMKM, pemerintah juga menggenjot industri pariwisata sebagai sumber devisa di tengah potensi ekspor yang tertekan. Salah satunya dengan terus mengembangkan investasi di sektor pariwisata, termasuk mengembangkan berbagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di kawasan-kawasan potensial di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News