Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Calon Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo hari ini, Rabu (28/3) menghadiri fit and proper test dengan Komisi XI DPR RI di ruang rapat Komisi XI.
Dalam fit and proper test ini, Perry menyatakan bahwa ke depannya BI akan pro-stabilitas dan pro-pertumbuhan. Menurut Perry, untuk menjalankan keduanya, BI tidak hanya bisa menggunakan satu instrumen saja, yakni suku bunga.
Misalnya dalam hal inflasi. “Apabila harga cabai turun apakah kita harus naikkan suku bunga? kan nggak. Itu mengapa TPID kami munculkan karena masalah inflasi tidak bisa diobati dengan suku bunga. Adanya kluster-kluster juga lebih manjur daripada kita harus naikkan suku bunga,” jelasnya di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta.
Adapun bila berbicara stabilitas rupiah, dia menilai, pergerakan rupiah harus tetap bekerja sesuai mekanisme pasar. Meskipun BI kerap melakukan intervensi untuk menstabilisasi, BI tidak mematok level rupiah di level tertentu.
Untuk peningkatan pertumbuhan kredit, Perry juga melihat bahwa transmisi kebijakan suku bunga melalui jalur kredit belum optimal. Namun demikian, BI masih memiliki instrumen lain selain suku bunga.
“Tidak bisa di negara berkembang seperti Indonesia bekerja dengan mekanisme pasar semata. Kalau pasar tidak bekerja itu kemudian kenapa aspek-aspek regulator dibutuhkan. Moneter tetap jadi pilar, tetapi kami tambah dengan makropudensial dan lain-lain. Apapun obatnya, inflasi dan rupiah bisa dijaga, tapi itu akan merugikan ekonomi kita,” kata Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News