kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,53   14,22   1.56%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perry Warjiyo: Skenario terberat pertumbuhan ekonomi anjlok ke 1,1%


Kamis, 09 April 2020 / 17:11 WIB
Perry Warjiyo: Skenario terberat pertumbuhan ekonomi anjlok ke 1,1%
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers melalui fasilitas live streaming di Jakarta, Selasa (7/4/2020).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan mewabahnya Covid-19 di Indonesia, Bank Indonesia (BI) bersama dengan pemerintah menyusun skenario terburuk pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 yang bisa anjlok ke 1,1%.

"Itu dalam skenario berat. Ini juga berdasarkan informasi satuan tugas (satgas) yang menangani Covid-19 yang memperkirakan virus ini mencapai puncaknya pada Juni dan Juli tahun ini. Sekali lagi ini yang mendasasari skenario berat," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (9/3) lewat video conference.

Baca Juga: BI perkirakan inflasi bulan April 2020 lebih rendah dan terkendali

Perry memerinci skenario berat yang sudah disusun bersama tersebut. Pertumbuhan kuartal I-2020 diprediksi sebesar 4,7%, kemudian kuartal II-2020 anjlok ke 1,1% yoy, kuartal III-2020 1,3%, dan kuartal IV-2020 sebesar 2,4%. Sehingga keseluruhan tahun 2020 pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3%.

Agar skenario berat tersebut tidak terjadi, oleh karenanya pemerintah dan bank sentral memberikan kucuran stimulus baik dari sisi fiskal dan moneter untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Salah satunya yang terbaru adalah stimulus fiskal sebesar Rp 405,1 triliun yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Baca Juga: Rupiah menguat ke Rp 15.880 per dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (9/4)

Total tambahan belanja dan pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 tersebut memang difokuskan untuk penanganan Covid-19 ini.

Ini terdiri dari Rp 75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp 110 triliun untuk perlindungan sosial, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta Rp 150 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional.

"Stimulus tersebut yang akhirnya menjadi pertimbangan respons apa yang harus kami lakukan untuk menjaga ekonomi, meski akhirnya ini membuat defisit membengkak mencapai 5,07% dari PDB," tandas perry.

Baca Juga: BI: Kerjasama repo antara BI dan The Fed sudah selesai proses administrasi

Meskipun demikian, pemerintah tetap optimistis dapat melewati krisis ini dan menjaga agar pertumbuhan ekonomi tidak jatuh terlalu dalam. Karena itu, kerjasama setiap pihak dibutuhkan.

Bahkan BI telah menjalin kerjasama dengan The Fed untuk mendapat fasilitas repo agar dapat mengendalikan kurs rupiah dikala asing menarik dana mereka dari pasar Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×