Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mendorong penjajakan produk-produk usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) kepada pasar Afrika. Ini dilakukan untuk membuka pasar ekspor bagi pelaku usaha kecil dan menengah ke negara-negara baru.
Dalam ajang Indonesia Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019, LPEI memperkenalkan lima mitra binaannya dari sektor pendukung infrastruktur dan konstruksi seperti sektor furnitur, kerajinan kayu, dan dekorasi rumah.
Baca Juga: Indonesia Eximbank akan terbitkan obligasi dan sukuk, catat jadwalnya
Antara lain CV Radiant Suryatama, CV Art Classic Indonesia, CV Kibti Funiture, CV Tanteri Ceramic, dan UD Margono, yang telah mengikuti program Jasa Konsultasi LPEI melalui Coaching Program for New Exporters (CPNE) dan Digital Handholding Program (DHP).
CPNE merupakan program pelatihan dan pendampingan yang dimiliki LPEI bagi rintisan eksportir baru. Tujuannya meningkatkan kapasitas pelaku UMKM agar dapat melakukan kegiatan ekspor produk secara langsung ke luar negeri.
“Tiga peserta CPNE LPEI periode 2016 asal Jepara yaitu CV Radiant Suryatama, CV Art Classic Indonesia, CV Kibti Furniture telah mampu melakukan ekspor perdana ke Inggris, Taiwan dan Amerika Serikat dengan nilai lebih dari US$ 10.000,” menurut LPEI dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Selasa (20/8).
Sementara DHP adalah program pelatihan yang dirancang LPEI untuk para pelaku UMKM masuk ke platform digital di luar negeri. Ini agar produk lokal Indonesia dapat berperan aktif dalam digital e-commerce.
CV Tanteri Ceramic, UMKM asli Bali, merupakan salah satu peserta pelatihan DHP LPEI yang telah berhasil mengekspor produk home décor ke Singapura, Australia, Perancis dan Jepang sejak tahun ini.
Inisiatif LPEI ini, lanjutnya, merupakan bagian dari tugas untuk membuka potensi pasar bagi pelaku UMKM menjajaki negara-negara baru (non-tradisional).
Baca Juga: Setebal 23 halaman, ini isi lengkap dari pidato APBN 2020 Presiden Jokowi
Penjajakan yang dilakukan tidak hanya memperkenalkan para pelaku UMKM kepada para delegasi Afrika yang hadir, tetapi juga kepada BUMN strategis yang telah memiliki portofolio ke pasar Afrika.
“Nantinya, pelaku UMKM diharapkan dapat menjadi bagian dari supply chain mata rantai perdagangan perusahaan skala menengah dan besar ke Afrika,” ujarnya.
Peran UMKM dalam perekonomian nasional, lanjut dia, sangatlah signifikan. Tahun 2019, UMKM bahkan menyumbang sekitar 60,34% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Dukungan pemerintah untuk pelaku UMKM melalui LPEI, sebelumnya juga telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2019 tentang Kebijakan Dasar Pembiayaan Ekspor Nasional (PP KD-PEN), yang juga mengatur mengenai Usaha Menengah Berorientasi Ekspor (UMBE).
Baca Juga: Kebijakan Fiskal Jadi Andalan untuk Menahan Defisit Transaksi Berjalan
Diharapkan melalui PP ini, LPEI dapat membantu meningkatkan kapasitas pelaku UMKM, koperasi serta UMBE agar dapat berkontribusi dalam ekosistem ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News